Tim peneliti Balai Arkeolog Papua bersama wartawan berfoto di depan meja batu, dan tampak dibelakang Menhir (Foto: Erlin Novita Idje Djami/Balar Papua) |
PAPUAN, Jayapura — Kepala Balai Arkeologi (Balar) Wilayah
Papua, Muhammad Irfan menyatakan, tim peneliti dari Balar Papua telah
menemukan pemukiman prasejarah di Gunung Srobu, Kampung Biak, Distrik
Abepura, Jayapura, Papua.
“Tim peneliti Balar melakukan penelitian dan ekskavasi, dan menemukan
kampung prasejarah. Ini sudah masuk hari ke-6, dan akan terus dilakukan
sampai tanggal 23 Mei 2014 mendatang,” ujarnya, kepada suarapapua.com, Senin (19/5/2014) di Jayapura.
Dikatakan, adapun benda-benda prasejarah yang menjadi temuan peneliti
Balar Papua, yakni, Menhir atau lebih dikenal dengan batu tunggal yang
panjang, Turap, Graba, Pot-Pot, Cangkak kerang, dan meja batu.
“Jika diamati, penemuan-penemuan ini sudah masuk dalam dua periode
waktu, yakni, zaman neolitik dan megalitik. Menurut kami ini penemuan
yang luar biasa, karena kalau ada di zaman neolitik berarti ada sekitar
10.000 tahun yang lalu, sebelum ada kerajaan majahpahit yang muncul di
abad ke-13,” katanya.
Menurut Irfan, dengan hasil temuan ini, tentu Balar Papua akan
memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait, yakni, kepada dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, agar dapat dijadikan situs
sejarah.
“Kami harap penemuaan ini dapat ditindak lanjuti secara serius. Kalau
bisa dijadikan situs sejarah yang dilindungi. Apalagi akses kesini
mudah, dekat dengan laut dan Kota Jayapura, tentu harus mendapat
perhatian yang serius, apalagi lokasinya sekitar 1000 X 500 meter,”
tegasnya.
Erlin Novita Idje Djami, kordinator tim ekskavasi menambahkan,
informasi awal berasal dari laporan warga ke dinas pariwisata dan
kebudayaan Papua, pada Februari 2014, dan kemudian disampaikan kepada
Balar Papua.
“Tanggal 19 Februari tim gabungan dari Balar dan dinas pariwisata
provinsi turun ke lokasi untuk memastikan kebenaran infromasi tersebut,
sekaligus melakukan observasi. Setelah diamati, ternyata bukan hanya
tengkorak dan tulang manusia seperti laporan warga sejak awal, tapi
lebih dari itu,” jelasnya.
Hasil observasi, lanjut Erlin, dibawah ke kantor, untuk selanjutnya
diskusikan antara tim peneliti dengan pimpinan, dan secara bersama-sama
sepakat dan membuat program penelitian dan tour.
Dikatakan Erlin, ekskavasi awal dilakukan sejak tanggal 14 Mei,
dengan melibatkan enam orang peneliti, yang merupakan gabungan peneliti
dari Uncen dan UGM yang sudah lama bekerja di Balar Papua.
“Sebenarnya ada program penelitian yang lain, tapi karena ini penting
dan mendesak, maka atas ijin pimpinan kami, program tersebut digantikan
dengan penelitian saat ini,” katanya.
Hari pertama, lanjut Erlin, tim melakukan observasi, dan mencari
titik-titik yang bisa dijadikan kotak ekskavasi atau tempat penggalian,
agar ditemukan hasil yang maksimal.
“Kita tidak akan membuat kotak ekskavasi ditempat yang masyarakat
sudah gali, karena itu sudah rusak, atau sudah tidak asli lagi. Kita
mencari area yang benar-benar steril. Ada tiga tempat ekskavasi, di
dekat tanjung tipe I, di tengah tipe II, dan bagian selatan tipe III,”
tegas alumnus Universitas Gadja Mada yang telah berada di Papua sejak
tahun 2005 ini.
Selain ekskavasi, tim juga melakukan observasi, dan menemukan meja
batu dan Menhir, yang letaknya saling berdekatan, yakni, berjarak
sekitar 1 meter.
“Ini kemungkinan tempat sakral bagi masyarakat disini dulunya. Kami
juga sedang mencari arang, agar bisa membantu tim untuk memastikan sejak
kapan masyarakat tinggal di situs-situs seperti ini, dan sejak kapan
mereka tinggalkan,” kata Erlin.
Erlin juga mengatakan, dalam observasi yang dilakukan, tim juga
menemukan artefak gerabah, yang ada bersamaan dengan tulang-tulang
manusia.
“Dengan penemuan artefak gerabah ini, tim peneliti sedang mencari
benang merahnya, yakni, apakah ini merupakan hasil migrasi penduduk
Polinesia ke wilayah sini, atau merupakan hasil perdagangan antara warga
dengan masyarakat dari Polinesia,” ujarnya.
Menurut Erlin, tim akan melakukan observasi dan ekskavasi hingga
tanggal 23 Mei 2014 mendatang, dan selanjutnya merampungkan hasil
temuan, untuk selanjutnya diperiksa secara teliti di laboratorium untuk
memastikan hasil temuan mereka.
“Di tahun ini, Balar Papua telah melakukan penelitian dan penemuaan
di Sentani, Memberamo Tengah, Yahukimo, dan di Jayapura,” tegasnya.
Pantauan wartawan media ini sore tadi, bersama wartawan Antara,
Alvian Oru Maga, dan wartawan Kompas, Fabio, tim peneliti Balar yang
terdiri enam orang dibantu oleh seorang warga setempat Denny, serta
dipantau langsung oleh kepala Balar Papua, Muhammad Irfan.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com