Pages

Pages

Jumat, 04 April 2014

DAP BANGKITKAN BUDAYA BALIEM LEWAT PERAYAAN PASKAH

Dewan Adat Papua wilayah Balim ketika memberikan keterangan pers. (Jubi/Islami)
Wamena, 4/4 (Jubi) – Dalam rangka memperingati wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, Dewan Adat Papua (DAP) wilayah Baliem merayakan Paskah dengan membangkitkan kembali budaya masyarakat setempat.

Nuansa adat Baliem dilakukan dalam berbagai kegiatan, imulai dari pembersihan lokasi, kunjungan ke Honai-honai, doa di Honai, tarian adat, vokal grup, cerdas tangkas hingga bakar batu khas pegunungan tengah Papua.

Sekretaris Dewan Adat Baliem Lapago, Yulianus Hisage, kepada tabloidjubi.com, Jumat (4/4) menjelaskan, peringatan Paskah bernuansa adat ini, dilakukan karena pihaknya menyadari , mengalami dan merasakan langsung bahwa kehadiran misi keagamaan di Baliem, ingin menyelamatkan termasuk manusia dan budayanya.

” Kehadiran misi keagamaan di Baliem untuk menyelamatkan manusia dan budayanya, tetapi kami lihat nilai-nilai adat itu belum berakar dalam keagamaan,” jelas Hisage.

Dalam budaya orang Baliem, misalnya, bila ada kematian maka pengorbanan yang dilakukan itu cukup besar, dimana keluarga dan kerabat membawa kapak batu (ye), noken (su) hingga babi. Dibandingkan dengan orang yang baru lahir, hadiah yang dibawakan hanya sebatas hasil kebun termasuk noken.

“Intinya, Paskah Baliem memiliki nilai pengorbanan kepada orang mati lebih besar dibanding nilai natal atau kelahiran seseorang,” jelasnya.

Pada peringatanp Paskah kali ini, pihaknya berharap ada nilai-nilai budaya Baliem yang turut ditransfer pada pihak gereja maupun masyarakat, agar budaya daerah setempat bertahan dan tidak habis terkikis dengan pengaruh-pengaruh lain.

“Bagaimana gereja juga menghargai nilai-nilai budaya setempat yang ada, kami merasa juga bahwa inkulturasi tidak sebatas lagu-lagu yang orang nyanyikan di gereja,” terangnya.

Dia memberi contoh, kegiatan tarian dari adat asli peninggalan nenek moyang, yang dilakukan di Distrik Wosi oleh DAP Lapago.

“Dewan adat ingin membangun orang Baliem di atas dasarnya, supaya tidak mengambang, tidak goyang,” paparnya.

Kepala Kepolisian Dewan Adat Baliem Wilayah Lapago, Amos Wetipo, mengatakan nilai-nilai adat di Kabupaten Jayawijaya memang semakin menipis. Hal ini terjadi karena ketidaksadaran masyarakat sendiri, karena banyaknya budaya adopsi dari luar.

“Terutama akibat miras, anak-anak semua sudah terjerumus ke dunia itu, hal ini membuat nilai-nilai adat tidak terpelihara,” tandas Amos. (Jubi/Islami)

Sumber :  www.tabloidjubi.com