Pages

Pages

Sabtu, 01 Maret 2014

PRAKTEK, PELAJAR SMP DARI SUKU MEE KENAKAN KOTEKA DAN MOGE

Kelompok 4 praktek Muatan Lokal (Mulok) di SMP N 1 Tigi, Wakeitei, Kabupaten Deiyai.(Jubi/Ones Madai)
Deiyai, 1/3 (Jubi)-Pakailah busana adat, koteka dan moge, karena pakaian itu melambangkan jati diri suku bangsa MEE. Dan kemanapun anda pergi jangan pernah lupakan koteka dan moge, sekalipun anda pergi melanjutkan kuliah di kota studi lain.

Demikian pesan Petrus Adii, pengajar mata pelajaran Muatan Lokal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tigi, ketika memberikan arahan untuk pelaksanaan praktek drama berbusana koteka dan moge bagi siswa kelas tiga, di halaman SMP N 1 Tigi, Wakeitei, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Papua, Jumat (28/2).

Praktek drama ini digelar utuk memenuhi nilai mata pelajaran muatan Lokal,
“Bagi siswa kelas tiga SMP, wajib mengenakan koteka dan moge untuk nilai muatan lokal,”kata Petrus.

Menurut Petrus, berdasarkan pengalaman yang diperoleh  selama menjadi guru muatan lokal, banyak terjadi perubahan. Generasi kini merasa malu mengenakan busana adat. padahal, kata petrus, mestinya setiap insan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budayanya sendiri.

“Lestarikan budaya sebagai warisan sang leluhur,”katanya.

Bagi siswa yang berasal dari luar dari suku MEE, menurut Petrus, diminta untuk mengenakan busana adat sesuai dengan sukunya masing-masing. “Saya sudah perintah semuanya gunakan busana adat sesuai dengan sukunya,”katanya.

Ketika tabloidjubi.com menjumpai salah satu siswa kelas tiga di SMP N 1 Tigi yang tidak mengenakan busana adat, Irfan Efendy, mengatakan, dirinya tidak tahu-menahu soal pakaian adat dari daerahnya. Karena, orang tuanya tidak menyediakannya.

“Saya tidak ada pakaian adat, saya sudah izin pak guru juga,”ungkapnya. (Jubi/HOM)