Militer Indoneisan bergerak menuju sebuah desa di wilayah Puncak Jaya . |
Puncak Jaya - Sebuah
laporan di surat kabar The Guardian kemarin menceritakan kisah
mengejutkan dari interogasi kekerasan yang dilakukan oleh militer dan
polisi Indonesia di sebuah desa di wilayah Puncak Jaya Papua Barat . Laporan ini menjelaskan bagaimana penduduk desa dibangunkan pukul 3 pagi dan satu per satu diinterogasi di halaman gereja . Salah satu korban menyatakan : " Kami ... dikelilingi oleh tentara yang menggunakan senjata ... Kami semua takut . "Yang
paling mengejutkan bagian dari laporan berbunyi : " Korban mengatakan
sedikitnya 200 polisi dan personel militer yang terlibat dalam dugaan
operasi dan bahwa tujuh warga desa ditangkap . " Mereka dipukuli kemudian dibawa ke tempat penahanan di pos militer .
" Di antara mereka yang ditahan adalah seorang pendeta , pekerja kantor
dan lokal birokrat departemen pemerintah , katanya .Korban mengatakan ia dan warga lainnya ditendang dan dipukuli dengan
popor senapan saat ditahan di gereja sampai tengah hari pada hari Minggu
26 Januari, dan bahwa mereka tetap " sangat takut " ." Situasi ini tidak cocok belum pergi ke kota . Masyarakat kosong . Ada lima gereja dan mereka juga sekarang kosong , "ujarnya saat Wali Australia berbicara kepadanya pada hari Selasa .Dua keluarga juga dipaksa dengan todongan senjata untuk membakar rumah-rumah mereka sendiri , katanya . "Interogasi
mengikuti tingkat rendah pertempuran antara Tentara Nasional Indonesia
dan bagian bersenjata Organisasi Papua Merdeka ( OPM ) . Namun
OPM mengklaim tanggung jawab penuh atas tindakan mereka , " Kami
melakukan semua tindakan sebagai tindakan perlawanan di Puncak Jaya ,
untuk menentukan nasib kita sendiri . Itu bukan masyarakat dan menteri gereja yang kejam mereka
memperlakukan yang melakukan tindakan-tindakan , " seorang juru bicara
OPM , Yunus Enumbi , mengatakan outlet berita Papua Barat Jubi .
Sumber : http://freewestpapua.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar