KEDOK
Mossad mulai nampak dalam wujud spiritual di Papua Barat. Anda tidak
perlu heran bila gerakan zionis mulai nampak di sekeliling anda yang
berada di basis-basis kristen. Kalau di Jayapura dikenal kenal dengan
gerakan Zion Kids, suatu gerakan yang kini berhasil menghimpun
seperempat umat Kristen di Tanah Papua. Sebagian dari aktivis Papua
Merdeka dan lebih banyak dari kaum moralis, Pdt/Pastor.
Dalam
kubu Aktivis Papua Merdeka, tentu punya alasan dengan perjuangan Papua
Merdeka. Mereka yakin hanya Israel yang mampu mengibarkan bintang Kejora
di Papua Barat pada tahun 2010. Dan oleh karena itu, Mossad melalui
beberapa pelayan Tuhan dari Yahudi yang akhir-akhir ini bertandang ke
Papua dalam bentuk KKR dan Pelayanan Rohani lainnya selalu mempercayakan
kepada mereka bahwa bila Papua Mau Merdeka orang Papua Barat dan lebih
khusus TPN/OPM harus memaafkan TNI/POLRI + Pemerintah RI yang menindas
rakyat Papua Barat. Itu langka I menuju kemerdekaan.
Begitu
juga dengan para Moralis tadi. Mereka berkutat pada ajaran Firman Tuhan
tentang penggenapan akhir zaman. Mereka percaya bahwa Papua Barat
merupakan tanah perjanjian Tuhan dan atau Tanah yang terhilang dan
menjadi kewajiban bagi Israel dalam merebut kembali tanah itu sebagai
akhir dari pelayanan, akhir Zaman. Tugas mereka adalah berdoa bagi
bangsa Israel. Mereka yakin pembebebasan akan terjadi di Negeri ini.
Memang, hampir sebagian pengikut belum memahami wujud dari gerakan itu,
misalnya mengenai Zionisme dan kepentingan ekonomi politik yang telah
menjarah hampir 70% negara-negara dunia ke tiga. Bila melihat rekaman
sejarah tentang “konspirasi global”, maka disana kita akan temukan
aktor-aktor yang sedang menglobalisasi struktur pemerintahan dan ekonomi
dunia. Protokol Zionis itu jelas-jelas dilaksanakan tanpa sadar oleh
organisasi-organisa si di Dunia (termasuk pemerintah dan organisasi
Agama), tanpa menyadari segala kebijaksanaannya sedang diarahkan dalam
target protokol zionis. Dalam hubungannya dengan Papua Barat, gerakan
tadi secara langsung melakukan mandat Zionis, karena tujuan dari
protokol itu adalah menguasai dunia dengan intervensi masalah-masalah
mereka, termasuk kemerdekaan Papua Barat.
Apa targetnya? Tentu
saja menguasai ekonomi dunia. Papua Barat dipandang sebagai wilayah yang
memiliki potensi ekonomi bagi kantong negara-negara zionis, seperti As
dan sekutunya. Taktik pendekatan religi dari Mossad, injelijen paling
kaliber saat ini di dunia adalah menawarkan investasi bagi organisasi
Agama yang bekerja sama dengan pemerintah di wilayah yang punya kadar
ekonomi tinggi. Misalnya, di Paniai KKR baru-baru ini oleh sala satu
pelayan dari Yahudi mengatakan 10 investor asal Israel akan tiba di
Enarotali. Mereka yang telah berbondong-bondong masuk kedalam misi ini
tentu punya fasilitas yang terjamin.
Demikian berbahanya,
Zionisme dalam hal kepentingan ekonomi politik di Papua Barat, tidak
salah -dan harus- kita telusuri wujud dari misi ini dari pangkalnya,
tanpa menghilangkan missi suci -misi Agung- Tuhan Yesus -menurut
kepercayaan umat Kristiani- dari sisi Alkitabiah. Yang harus dibedahkan
oleh seluruh pemerhati, baik akademis theologi, Gembala dan
pemipin-pemimpin organisasi (denominasi) Gereja di Papua Barat adalah,
Zionisme dalam misi suci, dan Zionisme dari kepentingan kekuasaan.
Baiklah, untuk yang pertama tidak saya gubris disini, karena itu urusan
mereka yang bergelut dalam pelayanan suci: Pengembalaan dan penyebaran
injil ke seluruh dunia -Alkitab bilang begitu. Zionisme dalam pandangan
kepentingan kekuasaan sudah banyak kali menjadi diskursus kalangan
anti-imperialisme, baik di lingkaran syariat islam maupun gerakan
ideologi sosialis (Marxisme/Leninisme ). Zionisme ditempatkan sebagai
suatu ajaran (ideologi) yang telah melahirkan imperialisme negara-negara
liberalis seperti AS, Eropa dengan pusat kendali Israel. AS dalam
struktur ekonomi-politik, atau katakanlah kebijakan luar negerinya tentu
dikendalikan oleh organisasi-organisa si hasil konferensi Meja Bundar
seperti: Federal Reserve, CFR, Bilderbelger, Club of Roma, .Trilateral.
Tujuan organisasi-organisa si ini tentu menyukseskan protokol Zionis,
yakni salah satunya Membuat Pemerintahan Tunggal di Dunia.
Bicara Zion berarti bicara bangsa Yahudi, sebuah bangsa yang telah
dianggap punya bakat-bakat luar biasa dalam alam pikir. Oleh karena itu
mereka berikrar untuk membangun bangsa-bangsa zion di dunia. Intinya
negara -bangsa zion harus menguasai dunia dengan berbagai cara sehingga
bangsa-bangsa lain menyerahkan kedaulatannya. Dari buku panduan sebanyak
24 protokol yang saya baca, beberapanya yang telah dilakukan adalah:
membuat kekacauan, membuat keseimbangan kekuasaan, komunisme,
kapitalisme, kemanusiaan sekular, interpol, bunga atas pinjaman, bond
(obligasi) sehingga dunia bisa dikuasai melalui kekuatan
ekonomi-politiknya.
Indonesia paling tidak telah menjadi korban
yang imbasnya sampai ke Papua Barat, negeri kita dengan pendudukan
kapital global (PT.FI misalnya) dan jauh sebelumnya melalui misionaris
yang telah melakukan eksploitasi nilai-nilai budaya bangsa Papua Barat
sebagai awal pendudukan doktrin zionisme. Contoh terbaru bagi di
Indonesia dalam pasar sekuritas saja, mereka harus menerbitkan obligasi
pemerintah di New York. Dan tentu yang investornya paling banyak
diborong oleh AS saat lelang beberapa waktu lalu. Artinya, struktur
ketergantungan ini tidak akan putus sejatinya Venezuela atau Kuba yang
jelas-jelas fight.
Masih ingat kasus Kosovo? waktu lalu sa
sempat buat artikel dengan judul : “Kosovo dan Papua Barat dalam
Konfrontasi Internasional” . Anda bisa lihat intervensi NATO dalam
penyelesaian kasus Kosovo. Arsitek NATO tentu saja CLUP of ROME, satu
badan milik Zion. Kosovo jatuh dalam pelukan zion bukan karena Kosovo
mengalami penjajahan dan sejenisnya. Kosovo itu punya warga Muslim yang
tentu tidak masuk akal bagi Zion melakukan missi suci. Itu namanya misi
ekonomi dan politik. Lantas, apa yang musti disalahkan bagi gerakan zionis di Papua Barat?
Tentu misi itu bukan misi yang suci, atau bagian dari pelayanan
pemudiran, sesuai mandat Alkitab bagi para misionaris. Alkitab tidak
pernah menyebut Negara Israel, tetapi bangsa Israel yang ia sebut
sebagai bangsa pilihan Tuhan. Alkitab tidak pernah mengatakan bangun
kerajaan di dunia. Tapi Ia mengatakan kepada ke-12 muridnya, di bukit
zion (Saitun), bahwa ia akan kembali dan membangun kerajaan dunia.
Beberapa pelayan Tuhan yang sudah tergabung dalam gerakan Zion Kids di
Papua Barat gemar mengobar misi mereka bangun (mempersiapkan) Kerajaan
di dunia (mungkin juga Papua Merdeka bagian dari misi itu), adalah
sesuatu fitnah dan diluar perintah Tuhan dalam Alkitab. Ini bukan usaha
penggenapan Firman Tuhan, tetapi usaha penggenapan misi Zionisme milik
Negara Israel (kaum Illuminati).
Di Papua Barat, ada Jaringan
Doa Sahabat Sion Papua (JDSSP) yang dibentuk dibawah pengawasan PGGP
(Persatuan Gereja-Gereja Papua), semua wakil dari denominasi gereja ada
disitu dalam misi khusus mendoakan bangsa Israel. Beberapa dari mereka
telah bertandang ke Israel dalam suatu misi. Pulang dari sana, mereka
semakin giat melakukan pelayanan-pelayanan rohani yang tentu sangat
penting bagi umat Tuhan di Papua Barat. Visi Misi mereka cukup baik.
Namun tulisan ini paling tidak menguak apa dibalik pelayanan suci dalam
hubungannya dengan misi zionisme (ekonomi-politik).
Dalam suatu
KKR yang dibuat di depan Ekspo, Waena, Jayapura, bisa lihat pemandangan
yang cukup menarik. Latar belakang panggung bergambar pulau Papua Barat
bergambar bintang kejora, namun bintangnya memakai bintang daud
(Israel). Ini berarti ada relasi yang tidak saling pisah antara misi
politik dan misi suci dari pelayanan ini. Genaplah sudah apa yang
termuat dalam protokol zionisme, intervensi terhadap kedaulatan suatu
bangsa, termasuk perjuangan mereka. Papua Merdeka tidak Ada kaitannya dengan Israel
Dalam suatu perdebatan singkat beberapa waktu lalu di Lingkaran bersama
sala satu kawa aktivis Papua Merdeka yang telah menjadi pengikut
fanatik zionis yang kebetulan saya ketemu, dengan suara menantang, ia
mengatakan, “kawan Tuhan kebetulan temukan sa dengan ko disini, saya mo
kas tau, kalau Papua tidak akan merdeka bila kalian tidak mendoakan
Israel, bila kita masih benci dengan TNI/POLRI dan Pemerintah RI yang
membunuh (menjajah -VY) tong. Israel harus bebas baru kita pasti
merdeka. Mereka pasti kasih merdeka kita tahun 2010″, demikian dengan
nada yang meyakinkan, alias penuh PD.
Ia dan pengikutnya tentu
terhipnotis dengan janji-janji misionir Yahudi yang telah ditunggangi
oleh Injelijen Mossad. Ia seakan-akan memaksa saya untuk, paling tidak,
memberi pencerahan tentang kasat-kusut zionisme di dunia khususnya di
Papua Barat. Akhirnya berakhir pula dalam suatu kesimpulan -yang entah
dia terima atau tidak, bahwa kemerdekaan Papua Barat tidak ada
hubungannya dengan Israel. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan
Islam vs Kristen. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan penggenapan
protokol zionisme. Papua Merdeka adalah keharusan bagi bangsa Papua
Barat tanpa batas waktu atau alasan dengan lebel apapun. Yang punya
wilayah (tanah dan air) adalah makluk yang mendiami didalam pulau ini,
bangsa Papua Barat, ras Melanesia. Bukan bangsa Melayu, bangsa Yahudi
atau siapapun/kelompok manapun yang merasa memiliki pengetahuan rahasia
dari sumber manapun.
Papua Merdeka adalah perjuangan politik
bangsa Papua Barat. Baiklah, siapapun yang punya kependulian tentang
tanah ini harus bekerja (berjuang) dengan segala kekuatan yang telah
diberikan oleh Allah bangsa Papua Barat, karena siapapun yang bekerja
bagi pembebasan Papua Barat, ia sesungguhnya yang empunyai kerajaan di
hati sebelum tiba tanda heran satu ke tanda heran yang
lain.(bersambung).
ZIONIS MOSSAD MENGACAM PAPUA BARAT (BAGIAN ) II
Proses berfikir kristis yang menguji kebenaran menjadi bagian dari
kepekaan kita terhadap segala wujud musuh yang “paling mungkin”
mengancam proses pembebasan tulus yang sedang dilakukan oleh pejuang
kemanusiaan dan pejuang nasional bangsa kita, Papua Barat. Topik
Zionisme dalam artikel itu ditempatkan sebagai musuh bangsa Papua Barat.
Selanjutnya didukung oleh gejala-gejala terkini yang menunjukan sinyal
akan adanya proses infiltrasi dalam kegiatan-kegiatan kerohanian, juga
dalam perjuangan pembebasan nasional Papua Barat akhir-akhir ini.
Untuk memajukan diskusi seputar topik ini, saya berharap pada tulisan
bagian kedua ini paling tidak memberikan pencerahan dari sub judul yang
muncul secara tidak langsung atas komentar-komentar di www.kabarpapua.com
dan milist diskusi ini (komunitas-papua milist -red). Saya tidak bahas
hampir sebagian besar komentar yang tidak pada substansi topik, sebab
saya tidak ahli dalam misiologi pelayanan umat Kristen di dunia. Itu
mungkin tugas theolog. Tapi baik juga bila Akademisi Theolog atau
Mahasiswa mengangkat/mengkaji menjadi sebuah tulisan yang komprehensif.
Tugas saya adalah tugas pembebasan nasional Papua Barat, bagian dari
perjuangan bangsa-bangsa pribumi di dunia yang mulai sadar akan
penjajahan dan penghisapan dari hasil perselingkuhan zionisme dan
imperialisme barat.Ini soal nasionalisme, pembelaan terhadap diri dan
kemerdekaan tanah air.
Zionisme Musuh Papua
Zionisme
itu ideologi resmi Israel. Mengapa ideologi ini ditentang oleh Papua
Barat? merujuk artikel bagian pertama, saya jelaskan protokol Zionisme
itu jelas-jelas meniadakan independensi bangsa kita Papua Barat.
Protokol Zionis sebenarnya ada 25 dan semula berasal dari paparan
Rotshchild pada pertemuan 14 Dinasti Yahudi. Kaum Yahudi menolak bila
protokol itu dibuat oleh Mereka, tapi kenyataan hal itulah yang sedang
terjadi: penggenapan protokol zionis. Tokoh sekaliber Henry Ford dalam
bukunya The International Jew (1976) pun mengaku semua kejadian yang
sedang terjadi di dunia sejalan dengan protokol Zionisme. Jadi
sebenarnya Zionis tidak harus menuduh bahwa protokol itu sengaja dibuat
oleh kelompok anti-semit (anti Yahudi) untuk memojokan bangsa Yahudi,
sebab bila melihat jaringan banker, Media, Ekonom, Word Bank, IMF hingga
PBB dibentuk merupakan hasil dari Zionisme untuk mengamankan
kepentingannya: sentralisasi pemerintahan di dunia.
Dalam
setiap diskursus Aliansi Mahasiswa Papua Internasional (AMP-I), paling
tidak ada 3 kelompok yang sedang membunuh bumi ini. Sebutlah PAPA
(Pemerintah, Perusahaan dan Agama). Bangsa Papua Barat telah menjadi
korban dari Konspirasi PAPA. Gerakan Zionisme telah tumbuh dengan subur
selama beratus-ratus tahun dalam PAPA. Kita, rakyat Papua dibuat sama
seperti babi hutan yang berhasil dijinakan oleh Agama, dikurung oleh
pagar yang namanya Pemeritah, dan diberi makan oleh Perusahaan. Setelah
itu, terserah bagi PAPA sebagai pemilik. Jika kita berontak kita bisa
dipukul hingga di bunuh. Apapun bisa dilakukan dalam kendali mereka.
Masuk akal tidak? Padahal, Kristen Protestan sewaktu Martin Luther
menabur anti-semit yang selanjutnya memuluskan Adolf Hitler untuk
membantai 6 juta kaum Yahudi (baca: Holocaust), Israel membunuh dan
menghancurkan nyawa anti-semit di Eropa dan Timur tengah, jika demikian
apa hubungannya Israel ingin memerdekakan Papua Barat yang dominasi
berakar dari Marthen Luther? Perjuangan tulus rakyat Papua Barat adalah
pembebasan nasional Papua Barat. Dan oleh karenanya, rakyat Papua Barat
dalam melakukan perjuangan harus berdasarkan perspektif yang jelas dalam
melihat wujud-wujud musuh yang ada dalam bentuk apapun. Maka
sesungguhnya kegiatan-kegiatan kerohanian di Papua Barat yang lebih
menonjolkan bendera negara Israel atau sejenisnya harus diwaspadai sejak
dini.Rohani-rohani saja, politik-politik saja, sosial-sosial saja to..!
agar jangan dianggap bagian dari PAPA.
Papua-Yahudi
Setelah pada 70 M bangsa Yahudi terusir dari Yerusalem, mereka
berdiaspora (berpindah) ke belahan dunia.Ceritanya mereka ini
berasimilasi dengan daerah tempat mereka berada, sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai “kelompok agamis” dan bukan sebuah ras
atau bangsa.Mereka yang berada di Jerman disebut: Jerman Yahudi; di
Amerika sebagai Amerika Yahudi; Ingris Yahudi,dsb. Geliat nasionalisme
bangsa Yahudi mulai terlihat saat mereka menyadari mereka sebagai suatu
ras, bukan saja kelompok agamis. Maka penyatuan untuk membuat suatu
bangsa zionis dibasis-basis orang Yahudi dilakukan. Palestina menjadi
incaran resim Israel hari ini.
Masih dalam perspektif yang
sama, anggapan yang berikut ini adalah Papua-Yahudi. Orang Papua
dianggap sebagai bagian dari suku Yahudi yang berdiaspora ke Papua. Dari
pengalaman orang Papua, seorang pemimpin denominasi gereja di Papua
misalnya, ia diagnosis bahwa darahnya sama dengan orang Yahudi merupakan
pertanda bahwa adanya suatu usaha zionisasi orang Papua atau membangun
bangsa-bangsa Zion di wilayah (bangsa) yang menjadi incaran mereka untuk
kepentingan resim borjuasi Israel.
Papua Yahudi Mendukung Kejahatan Kemanusiaan Israel
Pembantaian Rakyat sipil yang tak berdosa di Gaza dan Libanon masih
dilakukan oleh resim Israel (baca: Fakta-Fakta Kebrutalan Terorisme
Zionis Israel atas Palestina). Agama dipakai sebagai alat legitimasi
atas kejahatan yang mereka lakukan. Padahal, kitab suci agama Yahudi
maupun Kristen tidak membenarkan tindakan-tindakan itu.Padahal, PBB yang
dilahirkan dari rahim Zionis itu, sesuai piagamnya: Menjaga Ketertiban
dan perdamaian dunia bisa menyelesaikan Konflik berdarah ini melalui
jalur-jalur dialogis yang damai. Paradoksal tentang kelayakan pemilikan
Yerusalem di Palestina masih berlangsung. Israel dianggap sedang
menjajah Wilayah itu, sedang atas nama tanah perjanjian, Muslim
Palestina yang telah bermukim lama dianggap bukan sebagai bangsa Yahudi
yang layak di Palestina.
AS maupun Inggris sudah banyak
membantu invasi Israel ke kamp-kamp milik warga Palestina. Bagi Israel,
infiltrasi kedalam kepentingan bangsa-bangsa di dunia harus dilakukan
sehingga bangsa-bangsa itu menjadi bangsa Zion yang mendukung segala
kebijakannya, termasuk serangan-serangan membabi-buta yang sedang mereka
lakukan di Palestina.
Inilah yang diharapkan dari bangsa kita,
Papua Barat. Saat kita dianggap punya penafsiran tentang akar filosofi
dan ideologi yang sama: Zionisme, maka sebagai wilayah mayoritas
Kristen, Papua Barat dan wilayah-wilayah di kawasan Pasifik - Melanesia
agar mengemban misi itu, baik lewat aktivitas-aktivitas pelayanan rohani
maupun bantuan dalam bentuk apapun. Padahal, ‘mereka’ mengajar kita
keadilan dan perdamaian, sedang mereka (Israel) membuang jauh-jauh
dengan jargon: Misi Suci. Lantas, persembahan gereja oleh orang Papua
untuk bantu misi ke Israel itu untuk apa? mengapa tidak pernah ada
persembahan khusus bagi TPN/OPM di rimba raya.
Konflik Timur Tengah Jangan Ke Papua Barat
Banyak pendapat konflik Timur Tengah adalah Konflik antara Agama Barat
dan Islam. Di negara-negara islam seperti di Indonesia banyak kalangan
dari Muslim memakai topik Zionisme dan imperialisme dalam memberikan
pembealaan terhadap warga Palestina yang notabene Muslim Arab. Wilayah
itu masih menjadi polemik dua keturunan Ismail dan Isak. PBB menjadi
organisasi dunia yang tumpul dalam memecahkan konflik berkepanjangan
ini. Baru-baru ini menguak isu Potensi konflik agama di Papua
(baca:ICG). Menarik untuk disimak! Secara nyata tidak ada potensi itu,
tapi pemberitaan ini bagi saya tidak begitu jelas siapa yang mengemas
dan apa targetnya. Namun, bahwa Inflitrasi Islam dalam perjuangan
politik sedang terjadi.
Dalam beberapa kasus yang saya temui,
misalnya di Jakarta, sebagian Mahasiswa Papua Barat diorganisir oleh
salah satu organisasi jaringan Muslim lewat bentukan club bola yang
bernama “Rasta Club”. Akhir-akhir ini mereka mulai merubah visi dari
sebatas bola menjadi misi Muslim yang ditujukan ke Papua Barat.
Anggota-anggota dalam club ini difasilitasi upah yang menggiurkan.
Menurut pengakuan salah satu kawan yang keluar dari jaringan ini,
kelompok jaringan ini didonor langsung dari Arab dan berada dibawah
kontrol pemerintah RI.
Upaya-upaya dalam kepentingan misi agama
di Papua merupakan ancaman bagi kemerdekaan Papua, sebab selain misi
islamisasi dengan penyebaran migram muslim di tanah-tanah adat
masyarakat Papua Barat, mereka juga mengusung ideologi syariat Islam
untuk NKRI. Wilayah Papua Barat diklaim wilayah muslim yang musti berada
dalam NKRI. Inilah pandangan yang harus dilawan oleh segenap rakyat
Papua Barat yang ingin merdeka.
Adalah dampak dari konflik
Timur Tengah. Dendam warga muslim di seluruh dunia terhadap resim Israel
paling tidak akan mempertajam misi mereka di Papua Barat, tatkala
bendera Israel menutupi wajah perjuangan politik bangsa Papua Barat.
Perjuangan nasional Papua Barat bukan tidak mungkin direduksi sebagai
kepentingan Zion di Papua Barat.
Papua itu Papua Terlepas dari
segala bentuk ideologi dan kepentingannya yang manjamur dimana-mana,
Papua Barat haruslah menjadi bangsa yang menjadi diri sendiri. Cukup
sudah sejarah 1961, 1962, 1963, 1967, 1969 dan 2001 menjadi pengalaman
pahit bagi bangsa Papua Barat. Kita masih menjadi korban dari
kepentingan-kepentingan itu. Dan generasi masih tak mampu memetahkan
konstalasi politik dan geopolitik kepentingan ekonomi-politik dunia.
Dari jargon: “Kaka Bas Pulang Kampung” hingga topik ini, kita masih
belum mengerti: Apa itu kebijakan Otsus, siapa dibalik Kebijakan ini,
dan apa yang dilakukan dengan uang Otsus itu terhadap kegiatan Zionis?
serta siapa intelijen Israel-Mosad didalam kekuasaan penjajah RI di
Pemerintah Daerah Provinsi Papua.
Otsus melahirkan investasi
yang tidak logis di Papua Barat, Pemekaran, malpraktek pemerintahan di
Papua Barat, dan kejahatan kemanusiaan dan ketidakadilan yang stagnan.
Dalam kondisi ini, aktivis kemanusiaan dan perjuangan politik bangsa
Papua Barat masih saja mencari jati diri dari gerakan kepentingan bangsa
lain. Adalah sesuatu jauh dari urgensi kebutuhan pembebasan nasional
Papua Barat. Kita harus buang segala keyakinan yang fiktif bahwa
pembebasan datang dari Israel, Amerika, Inggris, Vanuatu yang tidak
lebih mereka hanya punya supporting power, atau dari sumber manapun.
Sebab, bicara tanah air, bicara tentang urat nadi kita sendiri. Darah
itu harus berjalan lancar, dan ia akan lancar bila orang Papua sendiri
melakukan aktivitas perjuangannya sendiri. Orang Papua Barat harus
menjadi diri sendiri.
Kita Belum Solid Tapi Mimpi Solidaritas Internasional
Kita butuh intervensi negara lain dalam soal kita, tapi kita belum
mampu membenahi diri sendiri dan organisasi perjuangan. Kenyataannya,
kita terbuai dalam kepentingan kekuasaan NKRI di Papua Barat. Mahasiswa
masih mendulang ijasah dibanding kuliah terdidik untuk kritis dan
menjadi revolusioner Papua Barat.Tetua -pelaku sejarah- hilang
satu-satu, sedang yang lain menjadi objek kepentingan Partai dan
kedudukan elit-elit lokal NRKI. Mimbar-mimbar gereja menjadi tempat
kompanye politik dengan kedok kebenaran Firman Tuhan. Parahnya, jemaat
tolak Otsus pemimpin-pemimpin gereja dukung Otsus sembari sibuk buruh
dana Otsus.Masyarakat adat tolak Otsus Dewan Adat tunggu dana Otsus demi
nama Perjuangan. Pemuda Mahasiswa demo anti-NKRI tapi jatuh dalam
pelukan Parpol RI dan Pemekaran yang semakin gencar. Yang lain
berlindung dalam NGO sambil makan uang Otsus. Kapan kita mau menjadi
diri sendiri?
Orang Papua jangan bermimpi atas nama ras, agama
dan atau akar ideologi negara lain akan datang memerdekakan tanah air
ini. Tidak logis atas nama kemanusiaan Israel datang bantu Papua, sedang
ia sendiri tidak mempunyai rasa kemanusiaan atas warga Palestina.
Negara-negara sibuk dengan kepentingannya sendiri. Negara PNG tetangga
kita sekalipun, Michael Somare lebih mementingkan kepentingan
ekonomi-politiknya dari pada Identitasnya sebagai Papua yang seharusnya
punya rasa tanggung jawab keluarga bagi Papua Barat.Amerika Serikat
sibuk mengamankan kepentingannya di kawasan pasifik -termasuk wilayah
kita, demi kepentingan ekonomi-politik (baca: geliat negara-negara dalam
pertemuan G8 kemarin). Kapan kita mau urus internal kita?
Inisiatif bersatu pun tumbuh patah-hilang berganti. Pertemuan-pertemuan
hanya meninggalkan keputusan yang tak bernyawa. Banyak orang bicara
Merdeka tapi tidak ingin mengorganisir diri dalam organisasi gerakan dan
melakukan kerja perjuangan. Nafsu publikasi diri dan unjuk diri lebih
hebat mengidap aktivis.Penipuan masal gemar dilakukan atas nama
perjuangan. Banyak aktivis penyedot keringan rakyat Papua yang papa atas
nama perjuangan. Tanpa sadar perjuangan dilakukan menuju Fatalisme
gerakan. Kapan baiknya
Diskusi Topik
Topik tentang
Zionisme dan Mosad perlu dijadikan diskursus yang lebih maju. Generasi
Papua Barat yang mengeyam di bidang Theologi, Islamologi, Gereja dan
Masyarakat dan Aktivis Papua Barat musti menempatkan waktu dan ruang
soal ini, agar jangan terus menerus berada dalam kemiskinan berfikir
-pinjam kata-kata Ismail Asso. Pemimpin-pemimpin gereja hendaknya
mensiasati segala hal yang melibatkan bendera Israel dan konflik TImur
Tengah yang berkepanjangan, agar mampu menempatkan posisinya dalam
perjuangan nasional yang sedang dilakukan oleh rakyat Papua Barat.
Soal topik ini Bagi Gereja, Aktivis Mahasiswa Pemuda bisa terlibat
untuk diskusi. Sebab soal nasional adalah tanggung jawab Agama,
Akademisi, Intelektual, Pemuda dan organisasi perjuangan””
Penulis adalah aktivis Komite Nasional Papua Barat. Ia Berdomisili di Holandia kini Jayapura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar