# Oleh: Awimee G
Belajar untuk Merdeka atau Belajar untuk Korupsi
Penulis sangat menarik judul
diatas ini, karena melihatnya generasi penerus belum tentu memiliki pengetahuan
yang benar-benar menguasai bidangnya. Sementara generasi penerus Papua barat
atau “WEST PAPUA” menimba ilmu di Tanah
rantauan, tujuannya untuk berpendidikan formal melalui bidang yang sedang ditekuninya.
Tujuan apa yang seharusnya diprioritaskan terlebih dahulu? Tujuan utamanya,
adalah Pendidikan formal bukan pendidikan pengalaman organisasi yang bersifat
politisi. Organisasi wadah sosial yang ada di seluruh wilayah indonesia
tentunya mempunyai landasan UUD tersendiri. Melalui organisasi ini, Tanah papua membutuhkan sumber daya manusia
(SDM) sebagai tolak ukur pembangunan yang diharapkan dari wilayah maupun daerah
sesuai mekanisme desentralisasi otonomi khusus di Papua.
Penulis sementara berada di tanah
rantauan, sedang menimba ilmu pada salah satu Universitas Katolik pada Fakultas
Ekonomi, Jurusan Manajemen berkonsentrasi di bidang Human Resources Management
atau Manajemen sumber daya Manusia. Sumber daya manusia sangat dibutuhkan pada
dunia pekerjaan, bagi mereka yang memiliki
potensi sesuai bidangnya. Seringkali penulis juga tak terluput dari pengalaman organisasi
wadah sosial yang ada diwilayah tersebut. Namun penulis kurang berperan aktif
dalam organisasi wadah sosial itu, karena dengan mengingatnya perkembangan
pendidikan yang sangat diprioritaskan. Sebelum penulis meninggalkan kedua orang
tua di pedalaman papua. Pada pertama kalinya mengambil keputusan atau “decision making” sebagai prinsip dasar
dalam perjuangan pendidikan sebelum
meraih masa depan yang lebih baik atau “ the
best on the future”.
Namun penulis menyadari bahwa,
organisasi dibentuk untuk menciptkan kebersamaan dan kekompokan agar
terjalinnya relasi antara sesama dapat terwujud. Yang menjadi persoalan dalam organisasi
adalah tidak pernah satupun mahasiswa yang dapat mengemukakan ide tentang
budaya, asal usul datangnya rumpun melanesia, dan sejarah perjuangan kemerdekaan.
Dan organisasi sosial itu, sering berdiskusi tentang perkembangan modern saat
ini. Diskusi tersebut yang bersifat sementara hanya demi kepentingan organisasi
dan mencari massa pada saat pencalonan DPR atau salah satu bagian terpenting nanti.
Kami tidak mungkin diperoleh
pengetahuan yang benar dari mereka yang lebih mengutamakan organisasi wadah
sosial itu. Lebih baik, kami harus menjauhi dari pengalaman wadah sosial itu. Karena
dengan melihatnya, kondisi daerah yang belum ada perubahan. Masih saja terus
terjadi persoalan sebagai faktor penghambat pembangunan. Mereka yang lebih dulu
berpengalaman dari organisasi sosial itu, ada banyak yang berkedudukan sebagai
pejabat Birokrat dan Legislatif tetapi juga sering disebut Koruptor, Provokator, Penghianat, Agitator, dan Pengacau.
Sebenarnya, organisasi
dibentuk untuk melayani, mengkaderkan, memotivasi, dan memberikan pemahaman
kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Namun, penulis menyimak dari sudut
pandang secara menyeluruh, ternyata organisasi sosial itu, sering jadi
perbandingan intelektual politik secara praktis. Tidak saling melengkapi
kelemahan dan kekurangan seseorang, namun justru menjadi musuh bersama baik
pada saat itu, juga pada masa yang akan datang. Senior tidak menghargai
pendapat dari yunior, yunior pun tidak mengalah dengan argumennya. Apakah
hal-hal seperti itu, yang kita membangun daerah kita yang cintai.
Aku sering dengar perkataan
harus banyak menimba ilmu, tidak hanya salah satu bidang tetapi semua bidang
sebagai pedoman dan bekal yang akan diterapkan pada dunia pekerjaan nanti. Jika
kita belajar dari budaya yang benar, maka tidak mungkin terjadi persoalan,
perbandingan pengetahuan dalam pengalaman organisasi itu sendiri.
Pengetahuan dan pengalaman
ini, cukup berarti dapat teratasi semua persoalan yang sering terjadi di Bumi
Cenderawasih. Tugas utama saya dengan teman-teman sekalian adalah belajar
pendidikan formal untuk akan melayani dan mengabdi kepada masyarakat melalui
pengalaman pendidikan yang kita menimba saat ini. Oleh karenanya, Kita harus
belajar dengan bijak agar kita tidak diperbodohi oleh Non papua yang sementara
menduduki fungsi pranan penting di setiap daerah yang ada di Papua.
Bahkan pula, “West Papua”
juga tidak hanya membutuhkan pengetahuan intelektual semata tetapi juga
membutuhkan orang beriman, berkarakter, bermoral dan berbudaya yang bersumber
dari para leluhur yang berjasa kepada generasi nya sebagai identitas rumpun
melanesia. Kami sangat salut mendukung buat teman-teman seperjuangan yang berada
di kota studi sejawa-bali dengan adanya tiap saat melakukan aksi sebagai
aspirasi rakyat papua untuk menuntut pengakuan sebagai negara west papua. Dan
kami menilai organisasi wadah sosial dari setiap daerah yang ada di kota
se-Jawa-bali itu, tidak sepenuhnya diutamakan tetapi yang diutamakan adalah
Aliansi Mahasiswa Papua, luar biasa teman-teman.
Salom....Merdeka
Demi Kemanusiaan dan Ketentraman di Bumi Cendrawasih
SUmber : www.suarawiyaimana.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar