Pages

Pages

Kamis, 26 Desember 2013

Mari Kita Terus Bernyanyi "Keriting Rambut, Hitam Kulit, Aku Papua"

Ilustrasi Generasi Papua Merdeka
 Oleh : Rufinus Maday
Sebuah lagu sekedar menghibur diri dan menghilangkan rasa kebosanan. Kalau lagu tersebut aku bermenung dan merefleksikan arasemennya sangat menusuk di hatiku. Bahkan ingin memperhatikan kulit yang ada dan memegang rambutku. Kemudian aku merasa bahwa Aku ini benar orang Papua, beda dengan orang lain, dan memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Tetapi mengapa aku tidak meresapi dalam diriku, agar aku benar-benar menemukan jati diri sebagai orang Papua.
Di sini lebih dahulu memperkenalkan judul lagu dan pengarannya, sebelum mengulas tentang hal menemukan jati diri orang Papua. Maka lagu yang berkaitan dengan orang Papua berarti pasti saja namanya Edo Kondologit. Apa judul lagunya? Judulnya: "Hitam Kulit, Keriting Rambut Aku Papua". Lagu tersebut menunjukkan secara eksplisit bahwa ada kekhasan dan keunikan tersendiri. Kekhasan dan keunikannya adalah hitam dan keriting, kedua hal tesebut memiliki makna dan nilai tersendiri karena beda dari yang lainya.
Kedua kekhasan tersebut sangat mempengaruhi hal-hal yang lain. Seperti keunikan budaya, seni, sosial, politik, bahasa, mata pencaharian, serta alam lingkungan.
"Hitam Kulit dan Keriting Rambut Aku Papua", yang mana kita biasa dengar dalam sebuah lagu karangan Edo tersebut jangan dijadikan sebagai hiburan belaka atau menghilangkan kebosanan. Melainkan perlu dan harus merenungkan, menghayati, dan memaknai kembali untuk mengukur diri bahwa apakah aku ini benar-benar orang Papua atau sudah menjadi orang lain atau bahkan sudah terbawa oleh arus peradaban budaya luar sehingga Kepapuaannya hilang musnah?
Lagu tersebut, jangan dijadikan sekedar hiburan belaka, melainkan harus direnungkan bagi setiap orang Papua. Dengan permenungan itu, kita akan menemukan Jati Diri Orang Papua.
Tujuan permenungan dari arasemen lagu tersebut, mengantar kita untuk membedakan diri dari yang lain. Tidak terbawa oleh arus peradaban budaya luar. Kita tidak menyamakan dengan orang lain. Kita harus mensyukuri dan menerima diri sebagai hitam dan keriting yang dahulu Tuhan beri dan tetap bagi kita di atas tanah yang indah dan permai, di dalamnya dikelilingi dengan berbagai hal rahmat yang tersembunyi di atas Tanah Papua ini.
Saat aku mendengar arasemen dari lagu sebut, aku hanya sekedar merasakan saya ini orang Papua. Sekedar merinding tubuhku. Sekedar membedakan dengan orang lain (rambut lurus dan warna kulit). Sekedar  menyannyikan di bibir saja, sekedar menghibur dari kebosanan, serta mencucurkan air mata. Menjadi pertanyaan bagi saya adalah mengapa aku hanya mendengar saja, tanpa merenungkan dan menghayatinya? Pada hal, lagu tersebut arasemennya mengingatkan kita bahwa, kita adalah lain dari orang lain.
Tetapi, melihat kenyatan bahwa kita tidak menerima jati diri kita sebagai orang Papua. Karena  kita menganggap hitam  dan keriting itu kotor dan badaki serta primifif sehingga kita ingin mengubah diri kita dengan berbagai cara. Seperti kita mengubah dengan libstik, bedak serta farvom. dan juga mengubah rambut menjadi lurus paksa (Luter) serta membordir rambut. Hal-hal itu adalah penolakkan diri sebagai orang Papua dan mau menayamakan diri dengan orang pendatang.
Bukan hal itu saja, tetapi ada hal lain lagi bahwa kita mengikuti gaya orang lain luar dalam tata krama berpakaian karena ingin mengikuti gaya modern dan barat. Dengan itu mengenakan pakaian ketat, seperti baju sebatas pusar tali perut, celana sepenggal di paha serta mengenakan cincin berukuran besar di telinga. Semua itu membawa paradigma bahwa supaya dilihat orang. Tetapi harus ingat bahwa membuat kecantikan semata tersebut, kalau tidak hati-hati akan  membawa ke dalam dunia pornografi sehingga HIV/AIDS menjadi teman dan musuh kita. 
Gaya-gaya hidup sebagai rasa penolakan diri dari  hitam dan keriting yang diberikan Tuhan, maka kemungkinan ke depan, beberapan tahun mendatang, kita akan mengalami kepunaan sebagai etnis Melanesia. Oleh karena itu, lagu karangan Edo Kondologit, "HITAM KULIT, KERITING RAMBUT AKU PAPUA" hanya tinggal kenangan  saja di masa mendatang.
Dengan demikian, bagaimana sekarang kita merenungkan lagu karangan Edo ini (HITAM KULIT, KERITING RAMBUT AKU PAPUA) dalam hati setiap orang Papua untuk menumbuhkan identitas diri sebagai orang Papua dan mempertahankan serta meneruskan etnis Melanesia ke generasi mendatang.
Kita boleh menujukkan diri sebagai orang Papua dengan berbagai cara tanpa menyamakan dan menolak diri secara rasisnya, melainkan mengubah diri dalam etika moral, etika sopan-satun, dan etika tata-karma dalam hidup bersama sebagai makhluk sosial. Dengan itu, orang lain mengatakan bahwa mereka itu unik, khas, lain dari yang lain, serta mereka juga bisa. Hal-hal itulah yang kita harus tanamkan dalam diri kita dan benahi supaya jati diri kita sebagai orang Papua (orang Melanesia) yang ada di ufuk Timur.
"Hitam Kulit, Keriting Rambut Aku Papua", bukan suatu hal hal kotor, badaki, dan primitif melainkan suatu rahmat yang harus disyukuri karena unik dan khas baik secara manusia Papua maupun secara eksistensi alam yakni segala isinya yang ada di Tanah Papua. 
Sekali pun langit terbelah, AKU PAPUA, AKU PAPUA., AKU TETAP PAPUA. Ini inspirasi bersama demi membangun identitas Papua secara sejati.

=======================
Penulis:Rufinus Maday, Penulis adalah Mahasiswa di  STFT Fajar Timur Abepura-Papua.

Sumber:http://majalahselangkah.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar