Pages

Pages

Senin, 25 November 2013

MIMPI SANG KAKEK “NEGARA NKRI AKAN TERPECAH”; KINI MULAI ADA GEJALA-GEJALA

YOGYA. TIMIPOTU NEWS. Sang kakek pernah bermimpi bahwa suatu saat NKRI akan terpecah menjadi beberapa negara. “Saya sudah mimpi bahwa Indonesia itu akan terpecah menjadi beberapa negara masing-masing sesuai dengan ras dan agama yang ada”. Itulah mimpi saya, kata sang kakek pada beberapa tahun silam.

Negara Indonesia tidak pernah bermimpi bahwa kesatuan NKRI akan tercepah dan tidak pernah berpikir bahwa NKRI suatu saat akan terpecah. Hal ini didukung oleh bentuk negara Kesatuan dan dikuatkan oleh sumpah pemuda. Demi menjaga kesatuan negara itu, negara juga membuat UUD yang harus dipatuhi oleh warga negara yang telah bersatu melalui tiga sumpa pemuda tersebut.

Dari sekian ribu warga negara Indonesia itu, sang kakek yang merasa dirinya hidup dalam tekanan kekuatan militer itu kembali bermimpi bahwa “suatu saat, NKRI itu akan terpecah menjadi berbagai negara”. Secara tidak sadar, saya telah bermimpi bahwa Indonesia itu TERPECAH menjadi beberapa negara tersendiri” itulah kata-kata sang Kakek yang selalu hidup dalam segala penjajahan di ujung nusantara.

Pada akhir-akhir ini kelihatannya sudah mulai muncul gejala-gejala kecil yang menujuh menjadi nyata akan mimpi sang kakek tersebut. Negara sama sekali tidak bermimpi akan terpecahnya NKRI namun, pada belakangan ini malah mimpi sang kakek itu meyakinkan negara bahwa NKRI itu suatu saat akan terpecah.

Tentu saja, negara tidak akan mendengarkan mimpi sang kakek tersebut apabila mimpi itu dibicarakan sebab mimpi orang miskin itu seringkali negara kasat mata. Apalagi para petinggi-petinggi negara yang sangat nyeri melihat masyarakat miskin. Mendengar suara kaum miskin dan kaum tertindas saja merasa munta, apalagi negara dan petinggi-tinggi negara ketemu dengan kaum tertindas. Mungkin saja akan muntah sepanjang hidup mereka apabila para petinggi-petinggi negara itu ketemu dengan kaum miskin dan kaum tertindas yang ada di negara ini.

Dalam penuh ambisius jabatan dan dalam kesibukan mengurus kepentingan masing-masing partai dan juga dalam keseriusan menjajah antar sesama manusia, menguras sumber daya alam, dan mengejar, menangkap, memenjarahkan, membunuh masyarakat sipil. Mimpi sang kakek itu pun semakin menjadi-jadi hingga terdengar di publik.

Sementara mimpi itu terdengar di publik, ada banyak orang sudah mulai prihatin dengan kesatuan NKRI. Tidak hanya prihatin tetapi mulai memprediksikan bahwa NKRI pasti akan pecah.

Djuyoto Memprediksi Tahun 2015 Indonesia Pecah. Beragam reaksi dan tanggapan muncul ketika wacana tentang masa depan Indonesia, yang juga dijadikan judul buku oleh Djuyoto Suntani, itu muncul dalam acara Dialog Kebangsaan berjudul Indonesia: Kemarin, Kini dan Esok sekaligus peluncuran buku tersebut yang digelar dari Gedung Aneka Bhakti Departemen Sosial. Mungkinkah Indonesia benar-benar akan pecah’ pada tahun 2015?. Itulah pertanyaan yang dimunculkan oleh Djuyoto.

Djuyoto Suntani, sang penulis buku, menyatakan dalam bukunya paling tidak ada tujuh faktor utama yang akan menyebabkan Indonesia “pecah” menjadi 17 kepingan negeri-negeri kecil di tahun 2015. Kepingan negeri-negeri kecil itu sendiri menurutnya didirikan berdasarkan atas:
1.    Kepentingan rimordial (kesamaan etnis)
2.    Ikatan ekonomis (kepentingan bisnis)
3.    Ikatan kultur (kesamaan budaya)
4.    Ikatan ideologis (kepentingan politik)
5.    Ikatan regilius (membangun negara berdasar agama).

Prediksi Djuyoto Suntani ini tidak langsung turun dari pikiran murni tetapi situasi Indonesia selama inilah yang menyebabkan munculnya prediksi akan terpecahnya NKRI pada beberapa tahun kedepan.

Apa situasi atau fakta Indonesia selama ini?

Marilah kita menoleh dan melihat kehidupan manusia “orang”Papua  di ujung nusantara. Sejak wilayah Papua dianeksasi sampai detik ini mereka hidup dalam segala penindasan dari militer dan negara Indonesia. Negara tidak menghargai harkat dan martab sebagai manusia Papua yang diciptakan oleh ALLAH. Sementara itu, militer telah banyak melakukan pelanggaran HAM terhadap masyarakat Papua. negara pun masih mengeksploitasi kekayaan alam secara ilegal.

Kekerasan, pembantaian, genosida di Papua itulah yang menyebabkan lahir OPM dan berdirilah kantor OPM di Belanda, Inggris dan PNG. Itulah gejalah-gejalaj kehancuran kesatuan NKRI.

Marilah kita menoleh kebelakang dan melihat situasi di Maluku, disana masih tersimpan kisah-kisah buruk dalam kehidupan masyarakat di Maluku. Negara telah merampas, menguras, mengeksploitasi kekayaan Alam. Sejarah masih tercatat bahwa dengan kekerasan militer, negara mengeksploitasi kekayaan alam disampin adanya pembantaian terhadap masyarakat Maluku. Kekerasan, pembantaian, dan eksploitasi kekayaan alam secara ilegal inilah yang menyebabkan lahirnya “RMS” sebagai sebuah lambang menujuh terpecahnya kesatuan NKRI.

Marilah kita menoleh kebelakang dan melihat di wilayah Aceh. Disana masih banyak tersimpan kisah-kisah menyedihkan. Masyarakat Aceh selalu saja hidup dalam pertumpahan darah. Mereka selalu berhadapan dengan moncong sejata, mereka juga selalu menerima peluruh-peluruh panas yang datang betubi-tibu di tubuhnya. Kuburan-kuburan bagaikan bangunan mewa yang sedang menata kota Aceh dalam NKRI. Sementara itu, negara Indonesia bersama kekutan militer mengeksploitasi kekayaan Alam tanpa menghargai hartkat dan martabat manusia. Tindakan-tindakan itu sama halnya dengan tindakan-tindakan yang sudah dan sedang di lakukan terhadap manusia Papua di bumi Papua.

Darah-darah manusia yang mengalir di Aceh itu menyabkan lahirnya GAM sebagai lambang perlawanan terhadap kekutan militer Indonesia. Disana telah berdiri GAM sebagai lambang ACEH dan disana masih semangat untuk berjuang keluar dari penindasan tersebut. Itulah gejala-gejala terpecahnya negara kesatuan Republik Indonesia.

Marilah kita menoleh dan membaca berita panas yang baru saja dipublikasikan dari wilayah SUMATRA. Beberapa akademisi yang didominasi dari Universitas Sumatera Utara (USU) menyusun strategi memerdekakan Sumatera Utara dari NKRI. Dalam waktu dekat materi gugatan itu akan diajukan ke Mahkamah Internasional.

M Arif menyebutkan, penyusunan strategi kemerdekaan ini melibatkan sejumlah akademisi ternama Sumut. Aantara lain, DR Edi Ikhsan, DR Hakim Siagian Mhum, Prof Tan Kamello, DR Sahidin Sh Mhum. Drs Bengkel Ginting, Drs Toni P Situmorang, dan Prof DR Marlon Sihombing.

Sekretaris Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sumut, Nuzirwan Lubis menganggap rencana memisahkan Sumut dari NKRI hal yang wajar. Ia sepakat kalau kesenjangan yang tercipta dengan daerah di Jawa sangat mencolok. ia berharap strategi kemerdekaan itu tidak dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan dengan jalur diplomasi melibatkan dunia internasional. “Kalau perang sama saja menciptakan penderitaan rakyat. Itulah gejala-gejala terpecahnya NKRI.

Memang mimpi orang kecil tidak didengarkan oleh penguasa di negeri ini tetapi sering kali mimpi orang kecil itu menjadi nyata. Menjadi pertanyaan besar adalah; bagaimana dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila mimpi sang kakek itu kembali terwujud? Apa yang akan dilakukan oleh negara Indonesia bila mimpi sang kakek “NKRI AKAN PECAH” itu menjadi nyata dan terwujud?

Bagi saya, hanya ada tepuk tangan dan senyum bahkan tertawa lebar-lebar karena mungkin itulah saatnya kaum tertindas bisa hidup bebas di tanah ciptaan Allah. Bagi saya, hanya ada ucapan terimakasih kepada Allah atas pembebesan manusia dan tanah dari segala penindasan, penjajahan dan pembunuhan yang selama ini umat mengalami.

Marilah kita semua menyaksikan sama-sama dengan optimis atas perekembangan situasi di negeri Indoesia ini tanpa meng-salahkan kepada siapa pun. Siapa salah dan siapa yang benar akan terwujud pada suatu saat. (Bidaipouga, mahasiswa APMD Yogyakarta)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar