Pages

Pages

Kamis, 24 Oktober 2013

Perjuangan Politik Papua Sudah Final, Dibantah

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua Socratez  Sofyan Yoman.
JAYAPURA—Pernyataan Ketua MRP Papua Barat Vitalis Yumte yang mengatakan perjuangan politik Papua sudah final melalui  dua  fase masing-masing Pepera 1969 dan Otsus  2001, dibantah Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua Socratez  Sofyan Yoman.

Melalui   Siaran Pers  kepada Bintang Papua, Selasa (22/10/2013) Socratez mengatakan,  pernyataan  Ketua MRP Papua Barat Vitalis Yumte ini  tak  mewakili  suara nurani, realitas dan pengalaman  hidup orang asli Papua selama ini. Tapi  suara ini mewakili   orang asli Papua yang hati nurani, pikiran dan  identitasnya sudah dilumpuhkan  pemerintah Indonesia  yang penuh dengan  kebohongan selama 50  tahun.

“Tak ada istilah  final dalam  kehidupan masyarakat,  tapi selalu ada dinamika dan proses politik,”  kata Socratez  sembari  menyampaikan  contoh Papua sudah final dalam Indonesia melalui Pepera 1969, tapi  mengapa  ada Otsus  2001? Mengapa ada UP4B? Mengapa Presiden  SBY mengutus dr. Farid Husein sebagai  Utusan Khusus Presiden  untuk masalah Papua? Tapi sayang semuanya itu gagal total. Sekarang ada rekayasa baru  Otsus Plus  atau UU Pemerintahan Papua. Apakah  ini  dimaksud masalah status  politik Papua  dalam Indonesia itu sudah  final?

Memang   harus diakui jujur, kata  Socratez, akar persoalan Papua adalah status politik Papua dalam Indonesia yang belum tuntas sampai kini  karena proses dimasuknya Papua kedalam Indonesia melalui cara-cara  biadab, tak manusiawi dan penuh dengan kejahatan terhadap kemanusiaan. Bahkan persoalan Papua sekarang semakin rumit  dan berat  karena pelanggaran berat HAM  dan  kegagalan pembangunan selama 50 tahun. Persoalan Papua  tak  bisa  diselesaikan dengan pernyataan-pernyataan di media, UU, Kepres, Inpres atau janji-janji kosong  dan banyaknya daerah  pemekaran. Rasa  keadilan, kesamaan hak dan martabat kalau  ada  dialog  damai yang  jujur  dan setara  antara Indonesia dan Papua  di tempat  netral  seperti GAM dan pemerintah  Swedia. 

Yang perlu disadari  oleh orang asli Papua  dan pemerintah RI, tegas Socratez,  adalah Indonesia tak membangun Papua, tapi  justru menduduki, menjajah,  menindas, melumpuhkan, menghancurkan  dan memusnakan orang asli Papua secara sistematis. 

“Orang asli Papua  tak ada masa depan  dalam Indonesia, karena Indonesia  itu negara perampok dan perusak masa depan rakyat dan bangsa Papua. Tak ada yang harus dibanggakan dalam Indonesia,”  beber Socratez. (mdc/don/l03)

Sumber : http://bintangpapua.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar