Ratusan Mahasiswa Uncen saat menduduki Gapura masuk Uncen Perumnas III Waena (Jubi/Musa) |
Jayapura, 22/10 (Jubi) – Selasa (22/10) sekitar pukul 06.00-10.45
WIT, ratusan mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura,
Papua, penghuni Asrama Putra dan Rusunawa menduduki Gapura masuk ke
Kampus Uncen Perumnas III Waena, Abepura, Kota Jayapura. Ratusan
mahasiswa tersebut menuntut aparat keamanan bertanggung jawab atas
sembilan tembakan disekitar Asrama Putra dan Rusunawa.
Mahasiswa menuntut aparat keamanan gabungan TNI/Polri yang masuk ke
areal Asrama Putra Uncen dan Rusunawa di Perumnas III Waena sekitar
pukul 04.00 WIT. Aparat yang masuk terdiri dari dua anggota polisi dan
empat anggota TNI. Mereka melepas tembakan sebanyak sembilan kali
disekitar areal Rusunawa dan Asrama Putra Uncen. Bunyi tembakan itu
mengagetkan penghuni Asrama dan Rusunawa.
“Kali ini, persoalan yang sama sudah lima kali terjadi,aparat keamanan
gabungan TNI/Polri selalu masuk dengan senjata lengkap masuk ke kompleks
Asrama Putra Uncen dan Rusun Nawa di Perumnas III Waena, Abepura. Kami
tidak tau pokok persoalannya apa, pelakunya siapa, lalu sasarannya ke
kami mahasiswa,” kata Ismail Alua,sekretaris Asrama Rusunawa kepada
wartawan di Waena, Abepura, Selasa.
Ismail mengaku, tindakan penegak hukum dalam hal ini TNI/Polri, membuat
mereka kecewa. Seharusnya,polisi yang menangani kasus-kasus di
masyarakat. “Tadi pagi itu, diduga mereka (TNI-red) yang mengeluarkan
tembakan sebanyak sembilan kali. Syukur saja tidak ada korban jiwa,”
tuturnya. Mahasiswa meminta, aparat TNI/Polri agar mencabut kembali pos
TNI/Polri yang ada disekitar Kampus Uncen Waena dan Perumnas III
Waena.
“Kami akan meminta persetujuan berupa MoU (Momerandum of Understanding)
dengan lembagaUncen, Polda Papua, TNI, dan badan pengurus asrama soal
pengamanan sekitar kampus,” ujarnya. Bagi dia,MoU itu akan menjadi dasar
hukum utama jika persoalan yang sama kembali terjadi. Mahasiswa juga
meminta kepada atasan TNI/Polri mengajarkan hukum yang sebenarnya kepada
anak buahnya. Perilaku dilapangan harus sesuai dengan prosedur hukum
yang berlaku. Dengan demikian, tak terjadi lagi hal-hal yang tidak
dinginkan bersama.
“Saya meminta maaf kepada penghuni asrama putra Uncen dari unit satu
sampai dengan unit enam dan Asrama Rusunawa karena terganggu dengan
tindakan aparat kepolisian yang bergabung dengan TNI,” ungkap Kapolres
Kota Jayapura, AKBP Alfred Papare. Menurutnya, tindakan itu terjadi
karena ada sebab. Kapolres Alfred merinci, Selasa subuh sekitar pukul
04.00 WIT, telah terjadi gangguan yang dilakukan oleh seorang warga yang
dipengaruhi oleh minuman keras (miras) kemudian melempar rumah seorang
warga di sebelah kali perumnas III Waena.
Korban atau penghuni rumah kemudian melapor ke pos polisi perumnas III
Waena, sehingga kepolisian bersama anggota TNI mendatangi tempat
kejadian perkara (TKP) di sebelah kali. Saat tiba di TKP, pelaku
pelemparan rumah melarikan diri masuk ke Rusunawa. Lantaran lari, ia
dikejar oleh aparat TNI/Polri. “Memang anggota tidak kenal betul siapa
pelaku itu. Mereka hanya mengejar dan langsung masuk ke Rusunawa.Nah,
ini dalam tugas kepolisian apabila tertangkap berarti tertangkap
tangan,” ujarnya.
Denggan demikian, aparat berusaha untuk tertangkap tangan namun tidak
berhasil. Pelaku langsung masuk ke Asrama Rusunawa. “Mungkin pada saat
itulah, koordinasi yang tidak sempat dibangun antara polisi dengan
pengurus asrama, akhirnya mengganggu kenyamanan adik-adik
penghuni.Sehingga ketika adik-adik itu keluar, tanggapan kepolisian
hendak melakukan penyerangan dan melindungi pelaku. Sehingga aparat
kami, mundur mau menanyakan pelaku, tetapi terjadi mis komunikasi.
Akhirnya begitu aparat mundur, mungkin kuatir dan sebagainya karena
penghuni asrama sudah bangun pada keluar dari kamar sehingga aparat
mengeluarkan tembakan,” katanya.
Kapolres Alfred mengaku, tembakan yang dikeluarkan sebanyak sembilan
kali. Akhirnya, berdampak mahasiswa melakukan aksi pemalangan gapura
masuk ke Kampus Uncen Perumnas III Waena. Menanggapi tutuntan
pencabutan pos polisi, Kapolres langsung menarik pos polisi disekitar
perumnas III dan sekitar kampus.
Selanjutnya, terkait pos TNI yang juga dituntut oleh mahasiswa agar
dicabut, Alfred berjanji akan berkoordinasi dengan pimpinan TNI untuk
menindak lanjuti aspirasi dan tuntutan yang disampaikan mahasiswa.
Kapolres meminta keamanan disekitar areal kampus perumnas III Waena
dijaga oleh mahasiswa dan masyarakat sekitar lokasi ini. “Jangan hanya
banyak bicara, harus dikerjakan. Saya akan cabut pos polisi di perumnas
III Waena meskipun banyak warga yang butuh keamanan dari pos tersebut,”
ucap dia. Dia menambahkan, pos polisi yang dicabut akan dipindahkan ke
Expo, Waena.
Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura, Prof. Dr. Karel Sesa, M.Si
mengku akan menindak lanjuti aspirasi mahasiswa yang menuntut pos aparat
keamanan TNI/Polri ditarik dari areal perumnas III Waena dan sekitar
kampus. Rektor Karel berjanji akan berkoordinasi dengan aparat keamanan
dalam hal ini TNI/Polri terkait pengamanan disekitar areal kampus.
Selanjutnya, akan memfasilitasi mahasiswa dalam pengajuan draf MoU ke
biro hukum Uncen dan ke pembantu rektor (Purek) II.
Pantauan tabloidjubi.com, akibat pemalangan Gapura masuk ke kampus Uncen
Perumas III Waena, aktivitas perkuliahan dan kantor macet sekitar empat
jam yakni sejak pukul 08.00 -10.00 WIT. Sebagian mahasiswa dan pegawai
memilih pulang, lainnya lagi memilih bersabar hingga aksi demo berakhir.
Aksi pemalangan Gapura Uncen berlangsung sejak pukul 06.00 – 10.45 WIT.
Setelah pendemo mendengar tanggapan dari rektor Uncen dan Kapolres Kota
Jayapura serta kesepakatan pembuatan MoU antara aparat keamanan, pihak
kampus dan badan pengurus asrama terkait pengamanan disekitar lokasi
kampus, mahasiswa pendemo membubarkan diri dengan tenang. (Jubi/Musa)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar