Pages

Pages

Sabtu, 07 September 2013

Target Amerika Membidik Papua, Mulai Nyata!

Ilustrasi
"Pada sekitar tahun 1961, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak  dan tambang-tambang asing di Indonesia. Minimal sebanyak 60 persen dari keuntungan perusahaan minyak asing harus menjadi jatah rakyat Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka, gerah dengan peraturan itu. Akibatnya, skenario jahat para elite dunia akhirnya mulai direncanakan terhadap negeri tercinta, Indonesia" (Anonim)
 
Setelah melewati beberapa tahap, bangsa Indonesia belum sepenuhnya menemukan, dan mempersatukan seluruh rakyat (rakyat indonesia dari sabang sampai merauke). Rakyat Indonesia memiliki berbagai suku, bahasa, latar belakang kehidupan social yang sangat berbeda pula, menjadi kekuatan untuk mempertahankan kedaulatan rakyat, dari penguasa. Bangsa Indonesia ,melewati tiga fase (tiga masa: masa orde lama, orde baru, masa demokrasi).

Melewati tiga tahap, yang tentunya memperbaiki nasib bangsa, mencerdaskan dan memakmurkan rakyat, namun nasip bangsa ini mengalami kemunduruan.  Indonesia saat ini dituntut untuk menjadi bagian dari pelaku pembanguan ekonomi dunia, menjadi donor dan siap untuk  menjadi pelaku pasar bebas, kapitalis-imperalis Amerika dan sekutunya.

Masa  Orde lama, pemeirntah Indonesia menekan pergerakan perusahaan asing di Indonesia, terbukti presiden sukarno dengan beraninnya membuat regulasi tentang nasionalisasi perusahaan asing. Sehingga perusahaan asing yang beroperasi pada masa itu, tutup beroperasi dari tanah air Indonesia.

Bangsa Indonesia  Memasuki masa orde baru, sabuk kekuasaan dibawah tangan presiden Suharto, dengan kekuatan militer, mengambil alih kekuasaan. Isu kudeta sudah mulai Nampak, dikeluarkan SUPERSEMAR. Suharto memanfaatkan momentum tersebut. Para konglomerat dibeking oleh CIA mampu memanfaatkan situasi. 

Sistem ekonomi Indonesia pada masa orba, menganut ekonomi kapitalis, membuka kerja sama dengan  para korporat asing.  Sistem ekonomi kapitalis-militersitik yang diterapkan di Indonesia, mampu membangun sarana dan prasarana publik. Sampai-sampai presiden Suharto dijuluki bapak pembangunan.  Selama 32 tahun rezim Suharto memimpin bangsa ini. Krisis ekonomi melanda Indonesia, akibat utang luar negeri semakin meningkat, pada tahun 1998 momentum lahirnya demokrasi di Indonesia. Demokrasi tersebut sampai saat ini masih tabu. 

Indonesia masa Demokrasi, muka-muka kapitalis borjuis mulai munculan di seator negeri. Muka- muka lama pun mulai muncul memimpin bangsa ini. Utang luar negeri semakin meningkat. Pemerintah Indonesia belum mampu menutup utang luar negeri. Sampai saat ini (Tahun 2013), pemerintah memberikan kebebasan kepada perusahaan asing untuk beroperasi di indonesia. Bangsa Indonesia belum mampu menasionalisasikan perusahaan asing.  

Indonesia sedang mencari dan menemukan esensi demokrasi, para borjuis-kapital, memulai aksinya dengan berbagai cara. Cara yang paling murah dan aman adalah dengan menggunakan Teori konspirasi. Konspirasi atau persengkongkolan antara penguasa Negara dengan para kapitalis, amerika. Hanya untuk menguasai hasil bumi dan segala isinya. 

Amerika ingin Menjadi Negara adikuasa. Konspirasi untuk menguasai bangsa tersentu adalah hal yang paling muda bagi mereka. Dengan berbagai macam cara, baik kelihatan maupun tidak kelihatan, suda, sedang dan akan merampas hasil bumi Indonesia, Papua.  Konsfirasi Presiden JF.Kennedi dan presiden Suharto untuk menguasai Papua Barat, kini mulai nyata. Teori konspirasi adalah jalan menuju kekuasaan. Pandangan ini mulai ditanamkan oleh para presiden amerika.Presiden ganti presiden, penguasaan atas hasil bumi dan segala isinya merupakan misi mereka, maka setiap presiden Amerika harus menjalankan misi itu. 

Persengkongkolan antara presiden sukarno, Suharto dengan presiden Amerika JF. Kennedi untuk merebut Papua sudah mulai nyata, terbukti pemerintah Indonesia menggadaikan pulau papua ke tangan Amerika, dengan beroperasinnya perusahaan Freeport McMoran, dan anak  perusahaan Freport Indonesia (perusahaan Buatan CIA dan para pengusaha Konglomerat pada waktu itu). Pada awal kepemimpinan presiden Suharto, membuat salah satu regulasi yang memberikan kemudahan untuk para investor asing menanam saham di Indonesia, yaitu   Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967). 

Setelah 46 tahun kemudian (dari 7 April 1967-2013), kini perusahaan Conoco Philips juga adalah perusahaan tersebesar Amerika ingin menguasai bumi papua, wilayah selatan. Target perusahaan ini adalah menggali Minyak Bumi. Wilayah ekplorasi dan ekploitasi adalah Kabupaten Pegunungan Bintang, Boveb Digoel, Yahukimo, Asmat, dan Mappi. Kalo sebelumnya, di Freeport hanya satu kabupaten. Bagaimana nasip rakyat, jika basis ekplorasi perusahaan berada pada 5 wilayah (lima kabupaten)?

Sekilas sejarah perkembangan dan peradaban perusahaan Conoco Phillips, Conoco Phillips adalah perusahaan energi yang integral dalam skala internasional. Conoco Phillips adalah perusahaan energi terintegrasi ketiga terbesar di Amerika Serikat berdasarkan kapitalisasi pasar dan cadangan terbukti minyak dan gas. Conoco phillips merupakan pengilang terbesar kedua di Amerika Serikat. Secara internasional, dalam kategori perusahaan yang tidak dikendalikan pemerintah, Conoco Phillips mempunyai cadangan terbukti terbesar kelima di dunia; dan berdasarkan kapasitas minyak mentah adalah pengilang terbesar keempat di dunia.

Conoco Phillips terkenal diseluruh dunia dengan keahlian teknologi dibidang eksplorasi dan produksi dilaut dalam, eksploitasi dan manajemen reservoir, teknologi seismik 3-D, petroleum coke upgrading kelas tinggi dan sulfur removal.

Bermarkas di Houston, Texas, Conoco Phillips beroperasi pada lebih dari 40 negara. Perusahaan ini mempunyai sekitar 38.300 karyawan di seluruh dunia dan aset bernilai USD 164 miliar. ConocoPhillips terdaftar di Bursa Saham New York (New York Stock Exchange) dengan simbol "COP".

Perusahaan ini mempunyai 4 aktivitas utama di seluruh dunia, diantaranya eksplorasi dan produksi minyak bumi, pengilangan, pemasaran, suplai dan transportasi minyak bumi, pengumpulan, pengolahan dan pemasaran gas alam, termasuk 50% saham di Duke Energy Field Services, LLC dan produksi dan distribusi bahan kimia dan plastik melalui 50% saham di Chevron Phillips Chemical Company LLC (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Menurut laporan tersembunyi, yang dibocorkan bahwa perusahaan ini direncanakan akan membongkar lahan sejarak 500 km membuat jalan lurus. Dengan demikian isi bumi, gunung, perumahaan yang sepanjang jalan itu di bongkar. Gunung dibongkar dengan dinamik. Perumahaan di sepanjang jalan akan di bongkar. Air dan segala isinya di tutup dan lain-lainnya. Bentuk-bentuk ekploitasi ini berakibat pada  pemusnahan segala isi bumi yang ada di daerah ini.
Selain itu, Amerika, Indonesia  dan sekutunya sudah mulai menghisap seluruh tanah Papua baik itu  udara, bumi, alam, sungai, laut, manusia sampai pada pemusnahaan segala isi bumi. Sekutunya Amerika dan Indonesia mulai beroperasi seperti MIFEE di Merauke sudah ekploitasi sumber sumber yang tersedia. 

Total lahan yang dipakai untuk MIFEE dua juta lima puluh satu ribu seratus lima puluh tujuh ( 2.051.157 ) hektar. Bandingkan dengan wilayah konsensi freeport 2,6 juta hektar. Proyek pangan bukan lagi skala nasional, tetapi merupakan ekspansi internasional yang bermuka nasional belaka. Pengusaha lokal kita di perhadapkan dengan pemerintah dan rakyat Papua lalu pengusaha asing tau ambil untung saja. Bin Laden Grub berkolaborasi kedalam perusahan dalam negeri (Arkileus-2013). 

Mengakhiri ulasan singkat ini, taget Amerika dan sekutunya untuk merebut papua sudah mula nyata. Gerakan anti kapitalisme-imperalisme asing dan sosialisasi di tingkat masyarakat sebagai pemilik hak ulayat, hak adat harus dilaksanakan. Gerakan membangun opini publik, dan penyampaian tentang dampak-dampak yang akan terjadi. Menyadarkan masyarakat, pemerintah, LSM sebagai kaki tangan Pemodal Asing harus di cuci. Belajar dari Freeport. Belajar dari pengalaman. Masyarakat papua harus tetap menolak perusahaan asing Masuk Papua.

Fransiskus Kasipmabin, Mahasiswa Papua Kuliah di Yogyakarta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar