“Sejarah Papua tidak banyak
dimuat dalam kurikulum pendidikan kita. Hanya periode tertentu saja, seperti
Trikora dan Pembebasan Irian Barat yang diajarkan di sekolah-sekolah” Sebagian
besar yang lain tidak diajarkan sehingga peserta didik kurang mengenal Papua.
Pengetahuan tentang Papua yang tidak lengkap, bahkan di kalangan anak-anak
Papua sendiri, tidak kondusif bagi pembangunan Manusia Papua.
Masih
cukup banyak materi sejarah yang luput, seperti perlawanan penduduk Papua
terhadap Belanda dan Jepang, Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), Organisasi
Papua Merdeka (OPM), serta masuknya P.T. Freeport yang cukup mewarnai sejarah
Orang Papua. Peristiwa-peristiwa penting di masa lalu yang memengaruhi
perkembangan Papua dewasa ini perlu diagendakan dalam pendidikan sejarah di
sekolah-sekolah di Papua. Pemahaman sejarah yang baik akan mendorong perubahan
di Papua ini
Apa
Gunanya?
Pendidikan
sejarah akan mendorong terciptanya pemahaman tentang Papua yang lebih luas dan
lebih kuat. Pada saat yang sama, pendidikan sejarah menjadi bagian dari proses
pembangunan kesadaran-Papua. Maksudnya, rasa memiliki Papua akan tumbuh dan
dengan begitu tingkat kepedulianpun lebih tinggi. Orang Papua memahami siapa
dirinya dan pada saatnya mengerti apa yang perlu dilakukan
Pengertian
yang cukup luas diperlukan juga sebagai konteks memahami keadaan Papua sekarang
ini. Mengapa? Keterpurukan Papua sekarang dalam banyak aspek kehidupan tidak
terlepas dari kondisi masa lalu. Untuk mengubahnya, orang perlu sungguh-sungguh
mengerti sejarah. Kekeliruan-kekeliruan di masa lalu perlu diungkap.
Pengungkapan kekeliruan itu dapat mendorong pencarian alternatif-alternatif
baru dalam menyelesaikan masalah di Papua dewasa ini.
Tidak
dapat lagi disangkal bahwa pengetahuan mendalam merupakan landasan yang sangat
penting untuk pembangunan. Dalil yang sama mestinya berlaku di Papua ini.
Pengetahuan yang kurang menyebabkan pembangunan tidak jalan atau salah arah.
Pendidikan
sejarah mendorong terbentuknya identitas bersama. Identitas diharapkan lahir
bukan dalam bentuk ikatan sektarian atau ikatan primordial yang malah kondusif
untuk memunculkan konflik-konflik horizontal. Identitas yang muncul lebih
berupa ikatan solidaritas yang didorong oleh pengalaman kolektif, yang berdaya
untuk membangun Papua baru di masa depan. Pendidikan sejarah bisa mencerahi
pikiran Orang Papua untuk memperluas spektrum identitas mereka.
Pendidikan
sejarah akan membantu Orang Papua untuk merumuskan jawaban yang dinamis atas
pertanyaan: siapakah orang Papua dari waktu ke waktu?Pendidikan sejarah
mengantar kita juga untuk menyadari betapa krisis sejarah sedang menghinggapi
Papua. Banyak peristiwa penting di Papua ini masih dibiarkan terkubur, belum
diangkat dan direfleksikan sebagai bagian dari perjalanan sejarah Papua.
Akibatnya, peristiwa itu belum menyentuh alam sadar dan dirasakan pentingnya
bagi orang Papua. Padahal, pengetahuan membawa dampak besar bagi perubahan
masyarakat. Pengetahuan adalah kekuatan kata Francis Bacon.
Perbendaharaan
yang sedikit tentang Papua ini kurang bisa mendukung perubahan sosial di Papua.
Sebaliknya, krisis sejarah bisa-bisa malah terus berjalan. Mengapa? Pengetahuan
yang serba sedikit tentang Papua menyebabkan orang kurang memiliki kepedulian.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan, Orang Papua bisa kehilangan
akar-akar ke-Papua-annya. Solidaritas dengan kaumnya sendiri tidak terbangun.
Akhirnya, kita lebih mudah dicerai-beraikan dan ditaklukkan. Kurangnya
pengetahuan membuat kita juga gampang dijerumuskan. Pemahaman sejarah yang
lemah membuat kita kehilangan pijakan untuk bergerak.
Mengonstruksi Kesadaran Papua
Mengonstruksi Kesadaran Papua
Pendidikan
sejarah dapat membangun dan membarui ikatan-ikatan identitas. Boleh jadi selama
ini secara dominan ikatan primordial (suku, agama, dan marga) mewarnai dinamika
kehidupan bersama di Papua ini. Sentimen antar suku, antaragama dan antarmarga
lebih menonjol dan bahkan mendayai konflik-konflik. Keputusan-keputusan
pembagian kekuasaan tidak dapat dilepaskan dari sentimen itu. Akibatnya, Papua
ini dengan mudah digambarkan sebagai tanah yang terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok
dengan kesadaran primordial kuat.
Elemen-elemen identitas hingga sekarang lebih banyak disumberkan dari unsur-unsur primordial. Relasi antar kelompok sosial Pun lebih banyak diwarnai usaha membedakan diri dari yang lain. Akibatnya, masing-masing kelompok sosial cenderung bersifat eksklusif dan tidak merasa menjadi bagian dari kehidupan kelompok yang lain. Identitas yang bercorak primordialistik, menurut saya, kurang menguntungkan untuk membangun Papua baru.
Sejarah bisa menjadi satu elemen yang memperkaya. Artinya, identitas Orang Papua juga mesti diperluas dengan pengalaman - pengalaman sejarah. Sangat mungkin sejarah yang merefleksikan pengalaman kolektif orang Papua dapat pelan-pelan mengikis kultur primordialistik. Dan pada saatnya malah melahirkan identitas yang lebih luas. Tentu saja, agar kesadaran ini muncul, penulisan sejarah harus menempatkan dan menafsirkan peristiwa-peristiwa sebagai pengalaman orang Papua, bukan pengalaman satu suku saja.
Dengan demikian, pendidikan sejarah akan membantu peserta didik untuk membangun kesadaran diri yang melampaui batas-batas suku, agama, dan marga. Pemahaman ke-Papua-an akan lahir dan membuahkan kepedulian yang berguna untuk memajukan Papua.
Pertanyaan berikutnya: tanggung jawab siapakah untuk melahirkan kesadaran baru ini? Siapapun yang peduli dengan Papua hendaknya memikul tanggung jawab ini. Kita perlu orang yang sungguh-sungguh memikirkan penulisan sejarah Papua. Harus ada yang menyalakan obor agar generasi setelah ini tidak terus hidup dalam orde kegelapan.
Menangkal Bencana
Pendidikan
sejarah dalam jangka panjang berguna untuk menangkal bencana. Apa maksudnya?
Pemahaman sejarah yang baik secara implisit mengandung pengertian akan
kekeliruan-kekeliruan di masa lalu yang membuat masa sekarang ini kurang
menyenangkan. Keterbelakangan orang Papua hingga hari ini dapat dirunut dalam
sejarahnya. Ini bukan kenyataan yang kebetulan tetapi ada sejumlah faktor yang
menjadikan seperti sekarang ini. Pendidikan di Papua yang kurang bermutu
sehingga tidak mampu bersaing dengan pendidikan di luar negeri bisa juga
dilacak sebab-musababnya.
Lebih
dari pada itu, pendidikan sejarah membantu kita untuk hidup sebagai manusia
yang tidak mudah melupakan masa lalu; atau menjadi bangsa yang cepat lupa atau
malah tidak memiliki ingatan (amnesia). Tanpa ingatan yang baik,
bencana-bencana yang pernah terjadi dapat terjadi lagi karena manusia mengulang
kecerobohan yang sama. Tanpa ingatan yang baik, penderitaan tidak lagi bisa
diakhiri.
Sejarah
membantu kita untuk merasa ngeri, sehingga kita tidak melakukan kejahatan yang
sama atau membiarkan kejahatan yang sama berjalan terus-menerus. Maka, sejarah
pun menyadarkan kita agar kita tidak membiarkan kegelapan terus menyelimuti
Papua dan bahaya kematian mengancam di mana-mana. Dan, secara positif sejarah
membantu orang Papua untuk menyelamatkan kehidupan mereka.
Penulis adalah Johannes SupriyonoAlumnus STF Driyarkara Jakarta
http://methubadii.blogspot.com/2013/09/perlunyapendidikan-sejarah-papua.html
http://methubadii.blogspot.com/2013/09/perlunyapendidikan-sejarah-papua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar