Pages

Pages

Minggu, 15 September 2013

Perlunya,Pendidikan Sejarah Papua

“Sejarah Papua tidak banyak dimuat dalam kurikulum pendidikan kita. Hanya periode tertentu saja, seperti Trikora dan Pembebasan Irian Barat yang diajarkan di sekolah-sekolah” Sebagian besar yang lain tidak diajarkan sehingga peserta didik kurang mengenal Papua. Pengetahuan tentang Papua yang tidak lengkap, bahkan di kalangan anak-anak Papua sendiri, tidak kondusif bagi pembangunan Manusia Papua.
 
Masih cukup banyak materi sejarah yang luput, seperti perlawanan penduduk Papua terhadap Belanda dan Jepang, Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), Organisasi Papua Merdeka (OPM), serta masuknya P.T. Freeport yang cukup mewarnai sejarah Orang Papua. Peristiwa-peristiwa penting di masa lalu yang memengaruhi perkembangan Papua dewasa ini perlu diagendakan dalam pendidikan sejarah di sekolah-sekolah di Papua. Pemahaman sejarah yang baik akan mendorong perubahan di Papua ini
Apa Gunanya?
 
Pendidikan sejarah akan mendorong terciptanya pemahaman tentang Papua yang lebih luas dan lebih kuat. Pada saat yang sama, pendidikan sejarah menjadi bagian dari proses pembangunan kesadaran-Papua. Maksudnya, rasa memiliki Papua akan tumbuh dan dengan begitu tingkat kepedulianpun lebih tinggi. Orang Papua memahami siapa dirinya dan pada saatnya mengerti apa yang perlu dilakukan
 
Pengertian yang cukup luas diperlukan juga sebagai konteks memahami keadaan Papua sekarang ini. Mengapa? Keterpurukan Papua sekarang dalam banyak aspek kehidupan tidak terlepas dari kondisi masa lalu. Untuk mengubahnya, orang perlu sungguh-sungguh mengerti sejarah. Kekeliruan-kekeliruan di masa lalu perlu diungkap. Pengungkapan kekeliruan itu dapat mendorong pencarian alternatif-alternatif baru dalam menyelesaikan masalah di Papua dewasa ini.
 
Tidak dapat lagi disangkal bahwa pengetahuan mendalam merupakan landasan yang sangat penting untuk pembangunan. Dalil yang sama mestinya berlaku di Papua ini. Pengetahuan yang kurang menyebabkan pembangunan tidak jalan atau salah arah.
 
Pendidikan sejarah mendorong terbentuknya identitas bersama. Identitas diharapkan lahir bukan dalam bentuk ikatan sektarian atau ikatan primordial yang malah kondusif untuk memunculkan konflik-konflik horizontal. Identitas yang muncul lebih berupa ikatan solidaritas yang didorong oleh pengalaman kolektif, yang berdaya untuk membangun Papua baru di masa depan. Pendidikan sejarah bisa mencerahi pikiran Orang Papua untuk memperluas spektrum identitas mereka.
 
Pendidikan sejarah akan membantu Orang Papua untuk merumuskan jawaban yang dinamis atas pertanyaan: siapakah orang Papua dari waktu ke waktu?Pendidikan sejarah mengantar kita juga untuk menyadari betapa krisis sejarah sedang menghinggapi Papua. Banyak peristiwa penting di Papua ini masih dibiarkan terkubur, belum diangkat dan direfleksikan sebagai bagian dari perjalanan sejarah Papua. Akibatnya, peristiwa itu belum menyentuh alam sadar dan dirasakan pentingnya bagi orang Papua. Padahal, pengetahuan membawa dampak besar bagi perubahan masyarakat. Pengetahuan adalah kekuatan kata Francis Bacon.
 
Perbendaharaan yang sedikit tentang Papua ini kurang bisa mendukung perubahan sosial di Papua. Sebaliknya, krisis sejarah bisa-bisa malah terus berjalan. Mengapa? Pengetahuan yang serba sedikit tentang Papua menyebabkan orang kurang memiliki kepedulian. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan, Orang Papua bisa kehilangan akar-akar ke-Papua-annya. Solidaritas dengan kaumnya sendiri tidak terbangun. Akhirnya, kita lebih mudah dicerai-beraikan dan ditaklukkan. Kurangnya pengetahuan membuat kita juga gampang dijerumuskan. Pemahaman sejarah yang lemah membuat kita kehilangan pijakan untuk bergerak.

Mengonstruksi Kesadaran Papua
Pendidikan sejarah dapat membangun dan membarui ikatan-ikatan identitas. Boleh jadi selama ini secara dominan ikatan primordial (suku, agama, dan marga) mewarnai dinamika kehidupan bersama di Papua ini. Sentimen antar suku, antaragama dan antarmarga lebih menonjol dan bahkan mendayai konflik-konflik. Keputusan-keputusan pembagian kekuasaan tidak dapat dilepaskan dari sentimen itu. Akibatnya, Papua ini dengan mudah digambarkan sebagai tanah yang terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok dengan kesadaran primordial kuat. 

Elemen-elemen identitas hingga sekarang lebih banyak disumberkan dari unsur-unsur primordial. Relasi antar kelompok sosial Pun lebih banyak diwarnai usaha membedakan diri dari yang lain. Akibatnya, masing-masing kelompok sosial cenderung bersifat eksklusif dan tidak merasa menjadi bagian dari kehidupan kelompok yang lain. Identitas yang bercorak primordialistik, menurut saya, kurang menguntungkan untuk membangun Papua baru.

Sejarah bisa menjadi satu elemen yang memperkaya. Artinya, identitas Orang Papua juga mesti diperluas dengan pengalaman - pengalaman sejarah. Sangat mungkin sejarah yang merefleksikan pengalaman kolektif orang Papua dapat pelan-pelan mengikis kultur primordialistik. Dan pada saatnya malah melahirkan identitas yang lebih luas. Tentu saja, agar kesadaran ini muncul, penulisan sejarah harus menempatkan dan menafsirkan peristiwa-peristiwa sebagai pengalaman orang Papua, bukan pengalaman satu suku saja.

Dengan demikian, pendidikan sejarah akan membantu peserta didik untuk membangun kesadaran diri yang melampaui batas-batas suku, agama, dan marga. Pemahaman ke-Papua-an akan lahir dan membuahkan kepedulian yang berguna untuk memajukan Papua.

Pertanyaan berikutnya: tanggung jawab siapakah untuk melahirkan kesadaran baru ini? Siapapun yang peduli dengan Papua hendaknya memikul tanggung jawab ini. Kita perlu orang yang sungguh-sungguh memikirkan penulisan sejarah Papua. Harus ada yang menyalakan obor agar generasi setelah ini tidak terus hidup dalam orde kegelapan. 

Menangkal Bencana
Pendidikan sejarah dalam jangka panjang berguna untuk menangkal bencana. Apa maksudnya? Pemahaman sejarah yang baik secara implisit mengandung pengertian akan kekeliruan-kekeliruan di masa lalu yang membuat masa sekarang ini kurang menyenangkan. Keterbelakangan orang Papua hingga hari ini dapat dirunut dalam sejarahnya. Ini bukan kenyataan yang kebetulan tetapi ada sejumlah faktor yang menjadikan seperti sekarang ini. Pendidikan di Papua yang kurang bermutu sehingga tidak mampu bersaing dengan pendidikan di luar negeri bisa juga dilacak sebab-musababnya.
 
Lebih dari pada itu, pendidikan sejarah membantu kita untuk hidup sebagai manusia yang tidak mudah melupakan masa lalu; atau menjadi bangsa yang cepat lupa atau malah tidak memiliki ingatan (amnesia). Tanpa ingatan yang baik, bencana-bencana yang pernah terjadi dapat terjadi lagi karena manusia mengulang kecerobohan yang sama. Tanpa ingatan yang baik, penderitaan tidak lagi bisa diakhiri.
 
Sejarah membantu kita untuk merasa ngeri, sehingga kita tidak melakukan kejahatan yang sama atau membiarkan kejahatan yang sama berjalan terus-menerus. Maka, sejarah pun menyadarkan kita agar kita tidak membiarkan kegelapan terus menyelimuti Papua dan bahaya kematian mengancam di mana-mana. Dan, secara positif sejarah membantu orang Papua untuk menyelamatkan kehidupan mereka. 
 
Penulis adalah Johannes SupriyonoAlumnus STF Driyarkara Jakarta 
http://methubadii.blogspot.com/2013/09/perlunyapendidikan-sejarah-papua.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar