Pdt. Socratez Sofyan Yoman |
JAYAPURA - Salah seorang
Tokoh Gereja Asal Pegunungan Tengah yang juga sebagai Ketua Umum
Persekutuan Gereja Baptis Papua (PGBP), Socratez Yoman, mengatakan, Duta
Besar Belanda, Tjeerd De Zwaan setelah pertemuan dengan Polda Papua,
tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh pemuda di ruang
Rupatama Mapolda Papua Selasa, (2/7) lalu, dimana dalam pertemuan itu
Duta Besar Tjeerd De Zwaan mengharapkan agar mendapatkan jawaban yang
baik tentang penerapan Otsus Plus, namun tidak satupun Tokoh Papua yang
hadir saat itu memberikan jawaban kepada Duta Besar Tjeerd De Zwaan.
Atas hal itu, dirinya menjadi tanda tanya, mengapa tokoh-tokoh di dalam
forum tersebut diam dan tidak menjawab pertanyaan Dutas Besar Tjeerd
De Zwaan tentang Otsus Plus tersebut. Apakah tokoh-tokoh ini tidak tahu
masalah yang terjadi di Papua? mengapa mereka terkesan takut. Harusnya
kata dia para tokoh yang hadir itu memberikan jabawan yang
sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi riil yang ada, bukan sebaliknya
terkesan diam.
Dengan diamnya para tokoh ini, membuat Socratez yang terkenal volak ini menjadi bertanya lagi, apakah kondisi ini memperlihatkan bahwa tokoh-tokoh Papua sudah dilumpuhkan dengan siasat licik Pemerintah Indonesia? apakah ini bukti bungkamnnya kebebasan berpendapat dan matinya demokrasi di Papua selama ini.
“Ini yang menjadi pertanyaan besar bagi saya terhadap pertanyaan Dubes Belanda yang tidak dijawab tersebut,” ungkapnya kepada Bintang Papua via ponselnya, Sabtu, (7/7).
Baginya, mestinya para tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh adat di Papua, harus tetap menyampaikan fakta yang sebenarnya yang terjadi selama ini di Papua baik kepada Dubes Belanda maupun kepada dunia internasional.
Karena yang namanya orang yang ditokohkan masyarakat, harus memiliki beban moril dalam memperjuangkan apa yang menjadi permasalahan masyarakat saat ini maupun kedepannya, bukan diam membisu karena telah dibungkam oleh para pengusaha di Negeri ini. “Anda boleh bungkam di dunia ini, tapi di akhirat anda tidak bisa bungkam, karena setiap kata, kalimat perbuatan itu dipertanggungjawabkan dalam pengadilan terakhir pada akhir zaman,” imbuhnya.(nls/don/l03)