Pages

Pages

Sabtu, 18 Mei 2013

AMP MENGUTUK TINDAKAN APARAT KEAMANAN DI PAPUA

Ketua AMP Surabaya, Fransina Agapa (Kanan)
dan Yosua Tabuni Anggota AMP (Kiri).
(Jubi/Ones Madai)
Surabaya, 13/5 Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Surabaya, Fransina Agapa, mengecam berat tindakan aparat keamanan yang melakukan tindakan represif dan berlebihan terhadap warga sipil di Papua. Hal ini menyebabkan korban berjatuhan di beberapa kota di Bumi Cenderwasih.

“Saya sangat mengutuk tindakan aparat yang dehumanis dan berlebihan di tanah Papua,” kata Ketua AMP Komite kota Surabaya, ketika memberikan keterangan kepada wartawan, Senin (13/5), di Nginden, Surabaya, Jatim.

Selain itu, lanjut Fransina, dirinya sangat menyayangkan tindakan aparat yang tidak membuka ruang demokrasi bagi orang Papua. Padahal kata Agapa, negara indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan penegakan hukum namun hanya menjadi simbol. “Demokrasi dan hukum di NKRI hanya berlaku di daerah lain, Papua hanya menjadi simbol saja,”ujarnya.

Menurut Agapa, setiap aktivis yang menyampaikan aspirasi Papua merdeka dihadapan publik menjadi buronan oleh aparat keamanan.“Banyak kawan-kawan yang telah masuk dibalik terali besi,”katanya.

Sementara itu, Agapa mendesak agar segera membebaskan tahanan politik yang sedang mencekam di lembaga pertahanan (LP) tanpa syarat. Karena, menurut Fransina, mereka (Tapol red) berjuang demi mempertahankan harga diri bangsa Papua Barat.

“Segera bebaskan para tahanan politik yang sedang mendekam dibui, tanpa syarat,” desaknya.

Ia menuturkan, belum adanya media asing di Papua membuat informasi tidak pernah terpublikasi ke dunia. Sehingga, dirinya selaku ketua AMP menuntut agar NKRI membuka jurnalis asing akses ke Papua. “Aneh, wartawan asing saja tidak pernah izinkan berkunjung ke Papua,”katanya. (Jubi/Ones Madai)