Ilustrasi ; Penderitaan Dalam Pemekaran Wilayah |
Jayapura, 1/4 – Apolo Safanpo, Ketua Ikatan Cendekiawan
Awam Katolik Papua (ICAKAP) mengatakan, pemekaran telah
mengkotak-kotakan Generasi Muda Papua.
“Pemekaran baik Provinsi maupun kabupaten serta pembangunan
asrama-asrama yang dibangun berdasarkan suku telah mengkotak-kotakan
Anak-anak Muda Papua,” kata Apolo Safanpo kepada wartawan di halaman SMU
Taruna Bhakti Waena, Jayapura seusai menghadir Misa Paskah Nuansa
Papua, Senin (1/4). Menurut Safanpo, pihaknya tetap ingin agar Generasi
Muda Papua tetap berada dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan.
Sementara itu terkait ICAKAP, Aloysius Giay mengatakan, pertama
pihaknya menyampaikan terima kasih kepada pengurus harian ICAKAP dan
generasi mudanya yang sungguh luar biasa melaksanakan Misa Paskah Nuansa
Papua.
Ilustrasi Pemekaran (IST) |
“Kedua, barangkali harus dievaluasi untuk ke depan, terutama
intelektual-intelektual Katolik harus betul-betul dilibatkan dalam
tahapan pekerjaan dan terkhir, sangat menarik di dalam khotbah tadi
disampaikan Pastor Frans bahwa apakah itu mempertahankan jati diri atau
memperbaharui jati diri atau kembali pada jati diri. Ada tiga hal
penting. Contoh, umat di kampung sekarang bukan makan dari kebun, bukan
dari hasil jerih payahnya sendiri tetapi sekarang makan dari dana Otsus,
raskin, beli sarden dan mie di toko,” tutur Giay.
Menurut Giay, Ini adalah salah satu pergumulan pemimpin umat untuk
melihat hal ini. Bagi dia, ini sudah berubah arah iman sehingga hal-hal
ini juga termasuk dalam kehidupan ekonomi umat yang harus diperhatikan
ke depan.
“Saya harap ICAKAP melakukan identifikasi umat saat ini. Mana yang
harus dipertahankan iman dalam budaya kita, mana yang harus diperbaharui
dan mana yang harus kembali ke jati diri awal,” ujarnya.
Dia menambahkan, contohnya, Suku Mee di Paniai. Di dalam budaya
maupun agama mengajarkan, kalau seorang yang mau menikah haruslah bisa
membuat kebun, pagar dan perahu. “Kalau belum bisa berarti dia belum
bisa menikah. Hal-hal budaya seperti ini yang menyatu (inkulturasi)
dengan iman Katolik harus benar-benar kita kaji kembali dan di
perbaharui kembali,” harap Giay. (Jubi/Aprila Wayar)
Sumber :tabloidjubi.com