Mando Mote |
Proses
pemilihan langsung dengan pembinaan pendidikan politik masyarakat
Dinamika
politik yang berkiprah di bumi Papua dalam proses pemilihan kepala daerah yang
dilakukan dengan sistem pemilihan langsung oleh masyarakat, kini pembinaan
pendidikan politik masyarakat oleh para calon kandidat mengarahkan tindakan
masyarakat dilihat dari power (kekuatan uang).
Sesungguhnya
pembinaan pendidikan politik masyarakat di Papua bukan dengan money politics (kekuatan). Pembinaan
dengan pendekatan pola money politics
besar dampak negatifnya yang akan terjadi. Seperti andaikan masyarakat memilih
pada calon eksekutif yang mempunyai kekuatan lebih tinggi dibandingkan
kapasitas dan kepribadian yang tidak professional dalam kepemimpinannya akan
keliru dalam penyelenggaran roda pemerintahannya. Sehingga hal ini memungkinkan
pembanguan bwrjalan pincang.
Pada
kalangan masyarakat kini menyatakan siapa yang datang bawa uang suara dia
punya. Tidak mungkin dia menjadi bupati akan berikan uang lagi dan masyarakat
tidak peduli dengan latar belakang atau track
record dari kandidat tersebut.
Proses
pemilihan eksekutif yang menjadi kebiasan seketika memilih sesungguhnya di
depankan ukuran-ukuran dengan dilihat dari nilai-nilai kepribadian latar
belakang kebiasaan interaksi, perbuatan dan pengalaman dalam karir, derajat
kepandaian atau kecakapan, menilai nilai-nilai yang melekat dalam diri bakal
calon itu.
Andaikan
hal itu dikedepankan oleh pemilih yang dalam masyarakat, maka akan berpengaruh
pada proses pembangunan dalam masa kepemimpinannya. Sampelnya seorang terpilih
yang memiliki mutu kepribadian dari sisi pengalaman karir, Integritas yang kuat,
yang dilandasi dengan Takut akan TUHAN maka nilai-nilai baik yang dimiliki oleh
seorang yang terpilih atau belum akan mendorongnya dalam kepemimpinan untuk
mengukir yang lebih baik menuju perubahan daerah dan masyarakatnya.
Pembinaan
Pendidikan politik masyarakat yang sesungguhnya dan mutlak adalah memberikan
pemahaman akan hal yang obyektif yang berpijak melihat dari sisi perbuatan,
pengalaman, serta moralitas (takut akan TUHAN). Ini adalah juga bagian dari
merubah paradigma masyarakat yang sudah terbangun sejak lama.
Inilah
sebuah harapan dan kerinduan bersama bahwa ke depan masyarakat Papua betul-
betul memilih seorang figur yang berkompeten baik itu dari disiplin ilmu,
pengalaman karir, moralitas yang dilandasi dengan takut akan TUHAN.
Belakangan
ini, tradisi Papua dalam proses pemilihan langsung dipraktekkan dengan beberapa
kebiasaan dalam proses pemilihan anggota legislatif maupun eksekutif, yakni ;
Pertama sistem noken, Pemilihan berdasarkan hal masing- masing keluarga kecil
(KK) atau demokrasi langsung. Dua sistem ini hingga saat ini masih berlaku di
Papua .
Sistem noken telah diakui oleh masyarakat dan hal itu menjadi tradisi bagi masyarakat Papua yang sudah berlangsung lama. Dahulu, sistem noken yang hingga kini masih berlaku ini digunakan dalam memilih kepala suku terbesar di Papua. Oleh karena itu, berdasarkan undang-undang No. 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua juga mengakui hak-hak tradisional Papua termasuk pelaksanaan pemilihan langsung berbasis kultur ke-Papua-an tersebut.
Proses sistem noken yang diakui kini dinilai salah dikemudikan. Sesungguhnya proses sistem noken ini baik namun tidak baiknya harapan pemberian dari akar rumput dengan hasil doa atau suara hati tidak ditindaklanjuti, namun dikendalikan sistem noken adalah dari kaum yang menganut paham dengan dilihat dari berbagai kepentingannya.
Suara akar rumput Papua adalah berasal atau berawal dari Doa, sehingga sistem noken itu dilaksanakan dengan pijakan dari akar rumput itu sendiri.
Sistem
demokrasi langsung pun polanya sama oleh karena pembinaan pemahaman politik
masyarakat dikendalikan oleh money
politics bukan tolak ukurnya nilai-nilai baik selama mutu kepribadian, moral,
dan lain yang dianggap penting dalam menunjang pemimpin itu baik.
Dengan
demikian Kekuatan merebut kekuasaan dalam proses pemilihan kepala daerah adalah
menekan hak-hak akar rumput serta menekan pemberian suara yang berpijak dari
Doa atau suara hati nurani rakyat. Maka kedepannya perlu mengedepankan suara
akar rumput Papua yang berdasarkan Doa itu, meskipun dalam praktik pemilihan
berbasis kultur ke-Papua-an yakni sistem noken atau demokrasi langsung dalam
pusaran pilkada Papua baik regional maupun di lokal kabupaten.
Penulis
adalah Mahasiswa yang sedang menekuni disiplin Ilmu Pemerintahan murni.
Sumber : majalahselangkah.com