Pages

Pages

Minggu, 03 Maret 2013

Pdt. Socratez Sofyan Yoman Kembali Luncurkan Buku

BUKU KARYA PENDETA SOCRATEZ SOFYAN YOMAN,
YANG TELAH DILUNCURKAN DI AULA STT IS KIJNE,
ABEPURA (FOTO: OKTOVIANUS POGAU/SP)

PAPUAN, Jayapura — Bertempat di Aula Sekolah Tinggi Teologia (STT) Isak Samuel Kijne, Siang tadi, Sabtu (2/3/2013), Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Pendeta Socratez Sofyan Yoman, kembali meluncurkan sebuah buku baru, dengan judul “Otonomi Khusus Papua Telah Gagal Total” dengan sub judul “Kesejahteraan Bukan Akar Masalah. UP4B Bukan Solusi. Kekerasan Kemanusiaan Berakar. Terjadi Pemusnahan Etnis Papua. Status Politik dan Integrasi Adalah Akar Masalah Papua”.
Diskusi dan peluncuran buku yang sedianya dilaksanakan pukul 09.30 WIT, agak molor karena cuaca yang tidak bersahabat hingga dimulai pukul 10.30 WIT.
Direktur Baptis Voice, Matius Murib, yang bertindak sebagai moderator mengawali acara peluncuran dan diskusi buku dengan doa pembukaan.
Dalam pemaparannya, Yoman mengatakan, semua rakyat Papua telah mengetahui kalau Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang diberikan pemerintah Indonesia sejak 12 tahun silam telah gagal total.
“Di era Otsus, Yustinus Murib, Kelly Kwalik, Mako Tabuni, Yawan Wayeni, dan orang asli Papua lainnya dibunuh oleh pemerintah Indonesia, ini indicator paling besar kegagalan Otsus di tanah Papua,” ujar Yoman, dihadapan ratusan peserta diskusi.
Dikatakan, dirinya sebagai gembal umat Tuhan, telah diberikan tongkat Musa untuk berjuang bersama rakyat Papua, salah satunya dengan cara menulis buku untuk memberikan pemahaman sejarah Papua bagi orang asli Papua, terutama orang non-Papua yang ada di Papua maupun diluar tanah Papua.
“Kalau diluar Papua, saya bagikan buku secara gratis, bahkan sampai di kampus-kampus, tujuannya agar mereka bisa memahami situasi dan sejarah Papua dengan baik dan benar,” ujar Yoman.
Selain itu, menurut Yoman, beberapa kedutaan negara asing di Jakarta juga telah ia temui untuk memberikan buku karyanya, dan bahkan sampai menjelaskan kepada mereka terkait kegagalan Otsus yang selalu dibangga-banggakan pemerintah Indonesia.
Yoman juga menyatakan, selama Papua belum merdeka, ia akan terus menulis buku sebagai bagian dari bentuk perlawanan terhadap penjajahan pemerintah Indonesia di tanah Papua.
“Saya hanya akan berhenti menulis buku setelah Papua Merdeka, selama belum, saya akan terus menulis buku, karena Tuhan telah memberikan kepandaian dan kepintaran kepada saya,” ujar Yoman, disambut tepuk tangan seluruh peserta diskusi.
Ia juga mengatakan, buku adalah senjata yang paling ampuh untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan pemerintah Indonesia, karena itu sebagai gembala umat Tuhan, ia mengajak generasi muda untuk dapat menulis buku agar banyak orang dapat memahami penderitaan yang dialami rakyat Papua.
Lamadi De Lamato, salah satu penulis buku yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengapresiasi usaha dan kerja keras pendeta Yoman untuk menulis buku sebagai bagian dari bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan di tanah Papua.
“Saya juga mengajak generasi muda yang ada di dalam ruangan ini untuk mencontohi apa yang telah dilakukan pendeta Yoman, sebab dengan menulis kita dapat memberikan banyak pelajaran kepada masyarakat Papua,” ujar Lamadi mengajak.
Lamadi juga berpesan, agar penggunaan kata orang asli Papua dan non-Papua dapat sedikit dibatasi, sebab ada banyak orang non-Papua yang juga peduli terhadap perjuangan yang sedang dilakukan orang asli Papua untuk menuntut sebuah keadilan.
Selain mengadakan peluncuran buku, Yoman juga menjual beberapa buku yang telah ia terbitkan, dan rencananya, pada tanggal 06 Maret 2013 mendatang,  buku baru berikutnya dengan judul “Orang Papua Bukan Bangsa Budak” juga akan kembali ia luncurkan.
“Peluncuran buku tersebut akan dilangsungkan di tokoh buku Yoman Ninom, yang tertelak di jalan Tabi Tobati, No. 001, Kotaraja Luar. Saya mengundanga semua rakyat Papua untuk mengikuti acara peluncuran tersebut, sekalian melihat tokoh buku saya yang baru,” ajak Yoman.
Pantauan suarapapua.com, ratusan peserta diskusi mulai dari mahasiswa, aktivis, dosen, wartawan, hingga pegawai negeri turut memadati Aula STT IS Kijne, dan sangat antusias dengan memberikan banyak masukan, dan aparesiasi atas usaha dan kerja Yoman menulis sebuah buku yang bisa dinyatakan sangat berkualitas.
Sekitar pukul 13.30 WIT, diskusi dan peluncuran buku ditutup secara resmi dengan doa yang dibawakan oleh pendeta Asso, kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama.
OKTOVIANUS POGAU