Ilustrasu (tdwclub.com) |
Sentani, 4/3 -Simpang siurnya tudingan
siapa pelaku penembakan terhadap delapan anggota TNI dan empat warga
sipil di Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya, Kamis (21/1) lalu. Hingga
kini aparat keamanan, baik itu POLRI maupun TNI belum mengungkapkan si
pelaku dan hanya menduga-duga saja.
“Polisi menduga entah TPN-OPM, pimpinan Tabuni dan Murib.
Ini hanya dugaan, bukan oknum pelakunya. Kita belum bisa percaya pelaku
yang masih dugaan. Pelakunya masih belum jelas. “Siapa pelaku ini masih
simpang siur?”tanya Saul Wanimbo, Direktur Sesi Keadilan dan Perdamaian
Keuskupan Timika, kepada tabloidjubi.com, senin (4/3) di Sentani.
Dia menambahkan mestinya aparat polisi mempunyai tugas untuk menjawab
pertanyaan siapa itu pelakunya. Jawaban atas pertanyaan lanjut dia
sangat dinantikan masyarakat. Menurut dia kalau tidak ada jawaban, hanya
ada dua dampak. Pertama, lanjut dia kepercayaan terhadap polisi akan
menurun. Kedua, kata dia masyarakat akan menafsirkan sendiri siapa
pelakukanya. “Masyarakat kan sering menafsirkan mereka yang melakukan jadi tidak mau mengungkapkan,”katanya.
Kalau ini yang terjadi, menurut Saul, Institusi Polri yang rugi.
Polisi mesti menghindari penilaian ini dengan memastikan pelakunya.
Caranya muda saja. Polisi menyelidiki situasi delapan anggota TNI yang
tertembak. “Sangat tidak masuk akal jika delapan anggota ini tidak
membawa senjata dari Sinak ke Lapangan terbang yang jaraknya 3-4 KM itu.
Mengapa mereka tidak membawa senjata? Siapa yang menyuruh mereka tidak
membawa senjata?”tanya Wanimbo membandingkan situasi mereka sebelumnya
mau ke pasar, warga saja harus memanggul senjata.
Selain itu, menurut Wanimbo, polisi mesti menyelidiki selongsong
peluru. Selongsong peluru dari kelompok mana, dan peluru buatan
perusahaan Negara mana perlu diselidiki. “Selongsong peluruh pasti
masih ada. Selongsong peluruh mesti menjadi bukti penyelidikan,”katanya.
Sebelum menyelidiki, pihak keamanan tidak bisa menduga, memvonis
pelakunya. Dugaan yang mengarah kepada OTK, GPK, Sipil bersenjata ini
bukan oknum. “Siapa pelaku yang sebenarnya,”tanya Saul.
Pihak keamanan tidak bisa mengunakan predikat yang bukan oknum itu
menunjukan objek yang menduga-duga. Pelaku yang menduga-duga kelompok
OPM pimpinan ini dan itu akan menyebabkan korban berjatuhan di pihak
warga sipil.” Warga yang tidak tahu menahu persoalan menjadi
korban,”katanya.
Dia mengingatkan, bukan hanya peristiwa ini yang belum jelas
pelakunya dan sebagian peristiwa penembakan, korban berjatuhan, baik di
pihak warga sipil maupun militer tidak terungkap pelakunya. “Peritiswa
yang tidak terungkap menjadi tugas polisi. Kalau tidak terungkap, ini
proses pembiaran. Proses pembiaran yang terjadi,”katanya ini pelanggaran
HAM. (Jubi/Mawel)