Pages

Pages

Kamis, 07 Februari 2013

Socratez: Tak Benar Injil Masuk Papua Saat Kegelapan

Foto : Socratesz
Jayapura, 5/2 (Jubi)—Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Pdt. Sokrates Sofyan Yoman menolak tegas anggapan orang yang mengatakan pemberitaan Injil merubah Papua menjadi terang dari gelap.
“Padahal, gelap identik dengan pencuri, pembunuh, pemerkosa kemudian menjadi baik karena pekabaran Injil. Jadi saya tak setuju ketika orang katakan Injil masuk ketika orang Papua ada dalam kegelapan,” tegas Sokrates dalam pemaparan materi “Seminar Sehari 158 tahun Injil di Papua, Sabtu (2/2) di Aula STT GKI I.S. Knije, Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Menurut Sokrates, orang Papua sudah mengenal berita Injil dalam kebiasaan hidupnya jauh sebelum berita Injil tertulis  tiba di Papua. “Sebelum kabar Injil tiba di Papua lewat Ottow dan Geisler, orang Papua mengenal dan menghidupi nilai-nilai Injili. Pemberitaan Injil tertulis hanyalah penggenapan. Allah (Injil) itu sudah lebih dulu ada atau sebelum orang barat yang bawa,” katanya.2013-02-06
Contoh penghidupan nilai Injil dalam budaya, kata Sokrates, yakni konsep keselamatan dan kehidupan kekal, sudah ada jauh sebelum Injil tertulis masuk ke Papua.  “Biasanya, orang Dani mengatakan ‘Nabulal Habulal’, yang artinya hidup kekal. Paham ini sudah ada dalam kehidupan orang Papua, sebelum Injil secara tertulis masuk,” kata Sokrates.
Selain konsep keselamatan, kata Sokrates, sepuluh hukum Allah lewat Musa di Gunung Sinai sudah menjadi bagian dari hidup orang Papua. “Orang Papua tak pernah membunuh, mencuri dan merencanakan kejahatn sebarangan. Orang Papua melakunya penuh dengan kesadaran dan alasan yang mendasar. Sebelum Injil, orang Papua tak boleh bunuh sebarang atau ganggu isteri orang sembarang, hal itu sudah ada jauh sebelum Ottow dan Geisler masuk ke Papua,” terangnya.
Sehingga, menurut Sokrates, ‘wajah’ Kristus sudah ada dalam kehidupan atau budaya orang Papua. Keberadaan ‘wajah’ Kristus dalam budaya Papua itu suatu kepastian. “Siapapun tak boleh meragukanya. Kalau meragukan, kisah penciptaan dari Allah yang baik perlu diragukan,” katanya.
Jadi menurut Socrates, apakah Allah menciptakan manusia lain terang kemudian manusia Papua dalam kegegelapan. “Allah menciptakan semua bangsa dalam situasi yang sama, yakni terang. Di mana ada manusia di situ sudah ada Allah. Jadi tidak benar kalau Injil di bawa ke Papua,” katanya.  
Sumber: Jubi/Mawel