Foto : Socratesz |
Jayapura, 5/2 (Jubi)—Ketua Persekutuan
Gereja-Gereja Baptis Papua, Pdt. Sokrates Sofyan Yoman menolak tegas
anggapan orang yang mengatakan pemberitaan Injil merubah Papua menjadi
terang dari gelap.
“Padahal, gelap identik dengan pencuri, pembunuh, pemerkosa
kemudian menjadi baik karena pekabaran Injil. Jadi saya tak setuju
ketika orang katakan Injil masuk ketika orang Papua ada dalam
kegelapan,” tegas Sokrates dalam pemaparan materi “Seminar Sehari 158
tahun Injil di Papua, Sabtu (2/2) di Aula STT GKI I.S. Knije, Abepura,
Kota Jayapura, Papua.
Menurut Sokrates, orang Papua sudah mengenal berita Injil dalam
kebiasaan hidupnya jauh sebelum berita Injil tertulis tiba di Papua.
“Sebelum kabar Injil tiba di Papua lewat Ottow dan Geisler, orang Papua
mengenal dan menghidupi nilai-nilai Injili. Pemberitaan Injil tertulis
hanyalah penggenapan. Allah (Injil) itu sudah lebih dulu ada atau
sebelum orang barat yang bawa,” katanya.2013-02-06
Contoh penghidupan nilai Injil dalam budaya, kata Sokrates, yakni
konsep keselamatan dan kehidupan kekal, sudah ada jauh sebelum Injil
tertulis masuk ke Papua. “Biasanya, orang Dani mengatakan ‘Nabulal Habulal’,
yang artinya hidup kekal. Paham ini sudah ada dalam kehidupan orang
Papua, sebelum Injil secara tertulis masuk,” kata Sokrates.
Selain konsep keselamatan, kata Sokrates, sepuluh hukum Allah lewat
Musa di Gunung Sinai sudah menjadi bagian dari hidup orang Papua.
“Orang Papua tak pernah membunuh, mencuri dan merencanakan kejahatn
sebarangan. Orang Papua melakunya penuh dengan kesadaran dan alasan yang
mendasar. Sebelum Injil, orang Papua tak boleh bunuh sebarang atau
ganggu isteri orang sembarang, hal itu sudah ada jauh sebelum Ottow dan
Geisler masuk ke Papua,” terangnya.
Sehingga, menurut Sokrates, ‘wajah’ Kristus sudah ada dalam
kehidupan atau budaya orang Papua. Keberadaan ‘wajah’ Kristus dalam
budaya Papua itu suatu kepastian. “Siapapun tak boleh meragukanya. Kalau
meragukan, kisah penciptaan dari Allah yang baik perlu diragukan,”
katanya.
Jadi menurut Socrates, apakah Allah menciptakan manusia lain terang
kemudian manusia Papua dalam kegegelapan. “Allah menciptakan semua
bangsa dalam situasi yang sama, yakni terang. Di mana ada manusia di
situ sudah ada Allah. Jadi tidak benar kalau Injil di bawa ke Papua,”
katanya.
Sumber: Jubi/Mawel