Bandung, Suko - 17/01/2013 - Penjaja
datang hanya untuk mau menjaja. Hal ini sekarang terjadi diatas Tanah
Papua Barat. Oleh karena itu mari kita rapatkan barisan untuk mengusir
si Penjaja itu. Jika Dia tetap bersama kita Dai akan menjaja kita trus.
Maka itu mari kita koreksi pribadi kita masing dengan apa yang utarakan
George Adiconro tetatang keraguan orang Papua dalam Perjuangan Papua.
1. Orang Papua tidak percaya diri,
entah karena dia tidak berdaya secara fisik, mental maupun logikanya.
Orang yang tidak percaya diri ini disebut Dr. Benny Giay sebagai,
"Bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah." Dari berbagai bangsa di
dunia ini, golongan bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah ini
jumlahnya sangat sendiri. Orang Papua yang tidak percaya diri perlu
bertobat karena perjuangan ini bukan menyangkut kebencian atas dasar
ras, agama, asal-usul atau pandangan politik, tetapi ini perjuangan demi
harkat, martabat dan hargadiri serta demi kebenaran mutlak, sesuai
prinsip moral, hukum dan demokrasi. 2. Orang Papua malas tahu,
terutama karena dia sendiri punya banyak masalah secara pribadi ataupun
kelompoknya sudah ada dalam masalah-masalah keluarga, marga, suku,
partai politik, pemilukada, hutang-puiutang, kawin-cerai,
perselingkungan, kebiasaan mabuk, narkoba, terkena HIV/AIDS.
Ada juga orang Papua yang malas tahu karena dia bukan manusia
berprinsip, tetapi ialah oportunis. Jadi dia tidak mau berterus-terang
kepada dirinya dan kepada bangsanya tentang penderitaannya dan bagaimana
menyelesaikannya. Ia lebih condong "cari kesempatan dalam kesempitan".
Orang-orang ini disebut "orang cari makan" saja, mereka sebenarnya
tidak terlalu pusing dengan NKRI atau Papua Merdeka, yang penting buat
mereka ialah apa yang mereka bisa dapat dari kedua-duanya atau dari
salah-satunya. Yang dipikirkannya ialah "perut" dan "aku"nya, bukan kita
dan sekaliannya.
Orang jenis ini sebenarnya tidak dibutuhkan;
malahan merugikan bagi pro NKRI maupun kontra NKRI. Tetapi terlanjur
mereka sudah ada di dalam NKRI, mungkin mereka ada di dalam birokrasi
NKRI, jadi mereka bermain di dalam NKRI, walaupun NKRI juga tahu mereka
tidak berguna, tetapi mereka dijaga saja dalam rangka kleim bahwa ada
orang Papua mendukung NKRI. 3. Orang Papua cemas tetapi ragu
Mereka memang cemas, dan selalu bertanya, "Kapan kita merdeka?"
Keraguan terutama muncul karena dia sendiri tidak punya pendirian, percaya diri sendiri.
Apalagi disodorkan dengan iklan-iklan kekuatan NKRI dari sisi jumlah,
ditambah dengan iklan dengan kekuatan militer dan kepolisian dilengkapi
dengan alat-alat militer yang serba-lengkap membuat orang Paupa yang
cemas-cemas kapan kita merdeka, tetapi mereka semakin merasa ragu
setelah melihat jumlah orang Indonesia begitu banyak dan kekuatan
militernya begitu ganas dan mematikan.
Orang Papua yang ragu
bahwa West Papua akan atau pasti merdeka ialah mereka yang sudah selasai
dari perguruan tinggi, yang gelarnya Sarjana Muda atau Sarjana.
Pengetahuan mereka tidak seluas Indonesia, apalagi seluas ASEAN atau
Oceania, mereka hanya memahami Papua dan kampung halaman mereka dan
kantor di mana mereka bekerja. Mereka ini para raja di kolam kecil,
tetapi mereka merasa diri sebaga raja sejagat. Mereka sudah punya
pekerjaan, sudah punya gaji. Mereka ikuti geerak-langkah para pejuang
Papua Merdeka, mereka juga berada di dalam garis komando NKRI. Mereka
mampu membandingkan kekuatan kedua belah pihak. Makanya mereka tahu
Papua harus merdeka, tetapi mereka meragukan impian itu akan terwujud.
Mereka berhitung satu tambah satu samadengan dua, bukan satu atau tiga. 4. Orang Papua percaya tetapi tidak sepenuhnya yakin
Orang Papua ini satu kelas dengan "Orang Papua cemas tetapi ragu" tetapi ditambah lagi dengan "tidak yakin", bukannya ragu.
Dia percaya Papua itu pasti merdeka, cuma dia tidak yakin bagaimana
nanti kemerdekaan itu terwujud, di samping kekuatan dan jumlah orang
Indonesia yang melampaui kemampuan orang Papua dan perlengkapan untuk
perlawanan yang tersedia. Ia percaya, tetapi tidak sepenuhnya yakin
karena dia sendiri memikirkan perjuangan ini bagaikan sebuah Tim
Sepakbola, seperti misalnya antara Persipura dengan 1000 pemain melawan
Persidafon dengan 10 pemain. Padahal sebuah pertandingan sepak bola
tidaklah begitu. Ada ketentuan, setiap klub harus menurunkan berapa
orang dan berapa pemain yang bisa diganti, dan peraturan lainnya. Ia
menjadi tidak yakin karena ia tidak tahu.
Orang-orang ini juga
hidup dalam dua prinsip, mendoakan pemerintah NKRI, sekaligus mendoakan
Papua Merdeka, karena orang-orangnya ada di dalam pemerintah NKRI
sebagai Camat, Bupati, dsb, dan juga orang-orangnya yang lain ada
berjuang untuk Papua Merdeka. Motto mereka ialah, "Serahkan semuanya
kepada Tuhan! Tuhan akan berkarya!"
Mereka bisa disebut kaum
oportunis, tetapi tidak sepenuhnya oportunis. Mereka juga tidak ragu,
tetapi mereka sebenarnya tidak sepenuhnya percaya. 5. Orang Papua yakin dan percaya tetapi tidak berani
Di atas yang cemas tapi ragu dan percaya tetapi tidak yakin, ada orang
Papua yang punya phobia, yaitu 'takut mati'. Orang-orang Papua ini
kebanyakan dibayangi oleh "trauma masa lalu", "memoria passionis" yang
kejam dan mengerikan di tangan NKRI.
Mereka sebenarnya
mendukung Papua Merdeka tetapi mereka sendiri tidak berani mengambil
langkah atau mereka tidak mau terlibat dalam perjuangan ini. Ada juga
karena memiliki "phobia" tertentu yang didasarkan kepada pengalaman
sebelumnya atau cerita yang didengarnya dikaitkan dengan
bayangan-bayanngan yang akan muncul ketika Papua Merdeka.
Mereka inilah yang biasanya katakan, "Iyo, yang lain berjuang dengan
senjata, kita berjuang di dalam hati." Tetapi mereka juga tidak berdoa
sebenarnya. Yang mereka katakan ialah "Saya takut kepada NKRI! Nanti
mereka tumpas kami habis kalau kita melawan mereka!" 6. Orang Papua yakin dan percaya dan berani tetapi tidak tahu bagaimana melangkah
Ini golongan orang Papua terbanyak. Dan dari yang terbanyak itu, hampir
semua pejuang Papua Merdeka masuk ke dalam kategori ini.
Mereka yakin dan percaya bahwa Papua akan dan harus merdeka. Mereka rela
berkorban. Mereka berani bertindak. Mereka mau mati saat ini juga.
TETAPI, mereka sebenarnya "TIDAK TAHU BAGAIMANA MELANGKAH".
Karena tidak tahu bagaimana melangkah, maka mereka menjadikan isu Papua
Merdeka untuk kegiatan dan tujuan lain yang menurut mereka ialah demi
Papua Merdeka. Tetapi apa dampaknya? Dampaknya justru mencelakakan dan
menghalangi perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya justru menciptakan
faksi-faksi di dalam perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya malahan
menimbulkan kekacauan dalam mengarahkan perjuangan ini.
Banyak
tokoh yang muncul, banyak organisasi dibentuk, banyak Panglima diangkat,
banyak kongres dilakukan, banyak pemerintah (presiden dan perdana
menteri) diumumkan, banyak menteri, berhamburan kiri-kanan. Mereka
melakukan semua ini dengan militansi yang tinggi, dengan hitung-hitungan
nyawa sendiri, dengan resiko yang mereka tahu karena mereka berhadapan
dengan NKRI dan militernya. Tetapi semua yang dilakukan yang dianggap
sebagai langkah-langkah untuk Papua Merdeka itu justru merugikan
perjuangan itu sendiri.
***
Orang Papua jenis ini juga
sering berganti baju. Misalnya hari ini dia pergi hadir di KRP III,
2011, besoknya dia hadir dalam bedah buku tentang West Papua di Jakarta,
lusanya dia hadir dalam Kongres TPN/OPM III di Vanimo, PNG, berikutnya
dia hadir lagi dalam Peresmian Bupati Lanji Jaya. Jadi mereka hadir di
semua tempat, mencari tahu di mana sebenarnya yang benar. Orang-orang
ini membuat banyak sekali bekas kakinya, sehingga mereka bisa disebut
kelompok Bintang-14, kelompok WPNA, kelompok TPN/OPM, kelompok TPN.PB,
kelompok PDP/DAP, kelompok Pegunungan Tengah, Kelompok Mamta, kelompok
Merah-Putih, kelompok Biru-Putih, dan lainnya.
***
Orang Papua yang tidak tahu melangkah ini kebanyakan bersandar kepada dua hal utama:
Pertama mereka bersandar kepada senjata. Mereka selalu mencari senjata,
berbicara tentang senjata, bergerak cepat kalau ada yang jual senjata.
Mereka mengira bahwa dengan senjata yang mereka beli itu mereka bisa
pakai untuk basmikan orang Indonesia, TNI dan polri dari Bumi
Cenderawasih.
Yang kedua, mereka bersandar kepada Tuhan. Mereka
menekankan pertobatan total, penyembahan total kepada Tuhan, dengan
meninggalkan semua perang-perang, tindak kekerasan, pembunuhan. Mereka
bilang, "Bunuh satu orang Indonesia berarti kemerdekaan Papua tertunda
10 tahun, jadi jangan kita main bunuh".
Banyak dana dihabiskan,
banyak nyawa melayang, banyak waktu dan tenaga dihamburkan karena
orang-orang Papua jenis ini selalu saja mencari jalan, masih
berputar-putar mencari jalan, untuk mewujudkan cita-cita Papua Merdeka. 7. Orang Papua Papindo
Entah karena tidak percaya diri, cemas tapi ragu, yakin dan percaya
tetapi tidak tahu jalan, apa apa, jenis orang Papindo dilatarbelakangi
oleh sejumlah faktor, seperti disebutkan sebelumnya, tetapi pada
pokohnya mereka ini mengelompokkan dirinya ke dalam kaum Papindo dengan
alasan berikut:
7.1 Hanya karena dia perlu jabatan, nama besar,
bukan nama besar di dalam NKRI, tetapi nama besar di daerahnya, jadi
kalau Papua Merdeka tidak memberikan, maka dia merasa jalan terbaik saat
ini buat dia ialah membela NKRI
7.2 Karena sebagian darah
mereka berasal dari non-Papua, maka kalau Papua Merdeka justru dia
dirugikan, maka dia membela NKRI, walaupun pada saat yang sama dia
memaki-maki NKRI karena banyak hak asasi orang Papua dilanggar, yaitu
termasuk hak asasinya sendiri. Dia terbelah dua dalam pikiran dan
perasaannya, maka pantas dia bernama Papindo.
7.3 Karena
beristerikan atau bersuamikan orang non-Papua maka mereka merasa bahwa
kalau Papua Merdeka nantinya bini/ lakinya terpisah dari dirinya, maka
lebih baik mendukung NKRI, walaupun pada waktu-waktu tertentu dia
memarahi pasangan hidupnya bahwa negara/ bangsanya melanggar HAM
suku-bangsanya di Tanah Papua.
7.4 Karena mereka merasa kalau
Papua Merdeka nanti mereka sendiri akan dihabisi (ini terutama para
keturunan pejuang Pepera dan pejuang Merah-Putih).
Aliran
perjuangan Papua Tanah Damai dan aliran orang Papindo terutama muncul
karena ada rasa takut yang besar terhadap orang Papua dari Pegunungan
Tengah. Ada yang bilang, "Aduh, jangan kasih senjata kepada teman-teman
dari gunung sudah, nanti mereka pakai bunuh dong pu orang sendiri." Ada
juga yang bilang, "Kalau nanti merdeka, jangan orang-orang gunung pegang
senjata boleh!" Makanya muncul ide-ide Papua Tanah Damai supaya
kemerdekaan itu turun dari langit tanpa pertumpahan darah.
7.5
Ada kaum Papindo yang hanya sebatas Oportunis. Mereka hanya dalam rangka
cari makan, tidak ada kepentingan menentang atau mendukung pihak
manapun. Sepanjang mereka bisa dapat makan dan menjadi kaya dari posisi
itu, mereka optimalkan dan mereka garap itu sampai habis-habisan, sampai
menjadi kaya tanggung, menjadi mewah tanggung. NKRI tahu tetapi NKRI
juga perlu orang tanggung seperti ini. Pejuang Papua Merdeka sama sekali
bukan konsumen sampah seperti ini sehingga sering menentang kaum
Papindo, bukan karena mereka membenci orangnya tetapi karena menolak
kelakuan bunglon seperti itu.
7.6 Orang pensiunan, sekedar
mencari makan sebelum ke liang kubur. Jadi, ada orang Papua yang waktu
mudanya menjadi pejuang Papua Merdeka, tetapi karena dia harus
mengakhiri hidupnya ke alam baka, maka dia merasa bukan waktunya buat
dia untuk berteriak Papua Merdeka lagi. Jalan satu-satunya agar dia
kembali ke kampung halamannya dan dikuburkan di tanah leluhurnya ialah
menyatakan mendukung NKRI.
***
Selain tujuh jenis di
atas, berikut dua jenis orang Papua yang disebabkan terutama oleh
indoktrinasi pihak-pihak asing yang menikmati hasilbumi Papua selama
Papua berada di dalam NKRI, yang merupakan pembelokan arti dan makna
Kitab Sucidan doktrin sebenarnya dari agama modern yang ada di Tanah
Papua.
Sebenarnya ada sejumlah alasan mengapa mereka mengatakan
perjuangan Papua Merdeka itu tidak sesuai dengan ajaran doktrin agama
mereka. Pertama dan terutama, menurut pengetahuan real, para tokoh agama
itu punya sentimen pribadi terhadap para tokoh perjuangan Papua
Merdeka. Sentimen pribadi itu dialaskan dengan ajaran agamanya, pada
saat yang sama dia sebagai tokoh agama, maka pendapat sentimentil yang
tidak ada hubungannya dengan agama itu menjadi ajaran agama.
Kedua karena kebanyakan pejuang Papua Merdeka dianggap terlibat dalam
berbagai jenis dan tingkatan kasus asusila dan tidak sepenuhnya
menjalankan dogma agama yang dianut di kampung-halamannya. Misalnya dia
tidak pernah beribadah di gereja atau ibadah keluarga. Para aktivis
Papua Merdeka juga dianggap sebagai pembangkang dan penentang tatanan
mapan yang sudah ada. Dalam jiwa para pejuang ada "jiwa pembereontakan",
yaitu pemberontakan terhadap yang telah ada selama ini. Sehingga mereka
menganggap isu yang didukung para orang "Kristen" atau "Islam" itu
tidak pantas didukung oleh orang Kristen atau orang Islam. 8. Orang Papua merasa perjuangan Papua Merdeka menentang Pemerintah
Ada sejumlah alasan yang sering mereka kemukakan dengan mencap perjuangan Papua Merdeka sebagai tindakan menentang pemerintah.
8.1 Karena pemberontakan terhadap pemerintah NKRI artinya perlawanan
terhadap kemapanan; sehingga mereka yang suka atau menikmati kemapanan
itu ikut terusik; 8.2 Karena dia sebenarnya tidak paham arti ayat
atau pasal Kitab Suci yang mengajarkan tentang ketaatan kepada
Pemerintah dimaksud. Bagaimana kalau nantinya West Papua memiliki
pemerintah sendiri, apakah mereka akan mengatakan kita harus tunduk
kepada pemerintah NKRI dan bukan kepada pemerintah West Papua? Apa yang
mereka katakan tentang pemerintah Timor Leste yang jelas-jelas telah
menentang pemerintah NKRI dan membentuk pemerintahannya sendiri? 9. Politik "Papua Merdeka" merupakan Wujud Dosa (atau Ikut Papua Merdeka berarti Berdosa)
Banyak penginjil, pemimpin atau pejabat gereja, gembala sidang,
khsusunya di Pegunungan Tengah Papua dipecat (disiasat) karena mendukung
Papua Merdeka dengan dalil bahwa mereka berpolitik, maka itu dosa.
Jadi, siapa saja yang terlibat di dalam perjuangan Papua Merdeka
dianggap sebagai tindakan "dosa".
Padahal pada waktu yang sama
mereka mendoakan sang Presiden, Gubernur, Bupati, dan Camat. Mereka juga
datang ke kantor-kantor pemerintah NKRI membicarakan Pilkada dan
Pemilukada. Mereka menerima uang dari pemerintah untuk meloloskan bakal
calon tertentu atau memenangkan partai politik NKRI tertentu.
*** 10. Orang Papua yang Tahu, Yakin, Percaya, Berani dan Berpendirian Teguh
Orang ini dia 10.1 Yakin dan Percaya Papua pasti dan harus merdeka;
10.2 Berani mengambil langkah dan tindakan yang punya resiko sampai mengancam nyawanya sekalipun.
10.2 Berpegang teguh kepada pendiriannya, tidak mudah dibujuk dengan
jabatan, duit, perempuan atau kejayaan apapun selain kemerdekaan bangsa
dan tanah airnya. Biarpun nantinya orang Papua menjadi melarat dan
menderita setelah Papua Merdeka, bukan itu yang dicarinya. Yang
dicarinya bukan kekayaan, bukan kemewahan, bukan kemakmuran, tetapi
hanya satu: kemerdekaan, kedaulatan, terlepas dari belenggu penjajahan
negara dan bangsa asing.
10. Di atas semuanya, "DIA TAHU"
Dia tahu mengapa Papua harus merdeka, dia tahu mengapa Papua pasti merdeka,
dan di atasnya,
di tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu.
Oleh karena itu pendiriannya, langkahnya, sikapnya dan perjuangannya
tidak tergoyahkan oleh tawaran dialogue, tawaran Otsus, tawaran
kedudukan di dalam pemerintahan NKRI, atau apapun. Dia bersiteguh,
"Papua Merdeka Harga Mati!"
Siapakah Anda? Mengapa Anda menjadi seperti siapa Anda sekarang? Adakah peluang untuk Anda berubah Mendukung Papua Merdeka seperti George Junus Aditjondro?
Kalau George Junus Aditjondro jelas-jelas merupakan orang jenis ke-10
tadi. Dia tahu mengapa Papua harus dan pasti merdeka, dan dia tahu
bagaimana mencapai kemerdekaan itu. Dia tidak ada di ruang mencari-cari,
mengira-ngira, mencoba-coba, meraba-raba. Dia ada di barisan kepastian.
Kepastian itu bahwa Papua Pasti Merdeka, karena Papua Harus Merdeka.
Tagged as: ancaman, Banyak Orang Indonesia Mendukung Papua Merdeka,
free westpapua, kebangsaan, kemerdekaan, masyarakat, menteri, Papua,
pemerintah, rakyat, Tetapi Ada 10 Alasan Orang Papua Sendiri Tidak Jelas
dalam SikapnyaBerita Terkait: Dewan Pers Percayakan Uji Kompetensi Wartawan ke AJI Orang Papua di Luar Negeri juga Peringati 1 Desember 1 Desember Tidak Perlu Ditakuti Penyebar SMS Gelap Enggan Papua Damai Prof. Ikrar : ‘Papua Jadi Military Training Field’